Copy, cut and paste disabled


top of page
Writer's pictureCegah Stunting

Berenang pada Balita dan Kontribusi terhadap Pencegahan Stunting

Updated: Sep 22, 2021

Anak-anak dan bermain dengan media air, seringkali menjadi ikatan yang tidak bisa dilepaskan. Apalagi selama pandemi COVID 19 sebagian besar anak-anak mengalami keterbatasan untuk interaksi sosial dan menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah, sehingga kegiatan bermain air bisa menjadi hiburan bagi anak-anak. Sebagian keluarga mengatasi kebosanan tinggal di rumah dengan berlibur di hotel (#staycation). Kriteria utama pemilihan hotel sebagian besar adalah ketersediaan kolam renang atau paling tidak tersedia bathtub (bak mandi) di kamar, sehingga anak-anak bisa bebas bermain air atau berenang. Bermain dengan air merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan bagi sebagian besar anak.


Namun, perlu juga diwaspadai bahwa tenggelam adalah penyebab utama kematian pada anak usia 1 – 4 tahun. American Academy of Pediatric memperingatkan orang tua maupun orang dewasa disekitar anak-anak untuk waspada terhadap kemungkinan kecelakaan yang terjadi di setiap kegiatan anak-anak yang berhubungan dengan kegiatan bermain di air. Orang tua harus memastikan bahwa beberapa tindakan perlindungan telah dilakukan, termasuk mengajari anak untuk bisa berenang. Kegiatan berenang selain cara mitigasi risiko tenggelam, juga merupakan salah satu kegiatan olahraga yang dapat mendukung tumbuh kembang anak.


Masih terdapat perdebatan mengenai saat yang tepat untuk mulai mengajarkan anak berenang. Disisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa berenang dapat disejajarkan dengan kegiatan terapi air. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menilai apakah kegiatan berenang ataupun aktivitas di air seperti hydrotherapy, water flotation atau aquatic physical therapy dapat menstimulasi bayi atau anak untuk melatih keseimbangan dan kemampuan koordinasi anggota tubuh. Berdasarkan studi, disimpulkan bahwa kegiatan air dapat membantu stimulasi tumbuh kembang anak, oleh karena itu, banyak keluarga sejak dini telah mengajarkan bayi berenang. Berenang sejak dini akan mengembangkan kemampuan kognitif seperti kemampuan akademik, membaca ataupun bahasa di masa perkembangan anak berikutnya. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan dan keseimbangan, meningkatkan kemandirian, memperbaiki pola tidur, serta meningkatkan nafsu makan.

Terapi air menjadi salah satu tren dalam beberapa tahun ini sebagai jenis terapi yang dapat mendukung tumbuh kembang anak. Dalam terapi air, bayi diajak berendam dalam bak kecil dengan tubuh terutama leher disangga pelampung. Bayi akan bebas menggerakkan lengan dan tungkainya menyerupai keadaan dalam kandungan. Menurut para ahli saat menendang-nendang dalam air, gelombang air akan menstimulasi bayi untuk melatih keseimbangan dan kemampuan koordinasi. Hal ini lalu dihubungkan dengan perkembangan kemampuan untuk merangkak, berjalan, dan berenang di kemudian hari.

Sayangnya bukti ilmiah terapi air masih sedikit dan umumnya merupakan penelitian pendahuluan dengan jumlah subyek yang minim. Dari berbagai penelitian tersebut hasil tidak bermakna secara statistik. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan mekanisme dan manfaat terapi air terhadap tumbuh kembang anak. Perlu dibedakan antara terapi air dan berenang. Terapi air adalah gerakan/latihan saat berada di dalam air yang suhu lebih hangat daripada suhu air di kolam renang biasa yaitu antara 35-36˚C, sedangkan berenang adalah upaya untuk menggerakkan (mengapungkan atau mengangkat) semua bagian tubuh ke atas permukaan air.



American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan bahwa tujuan berendam pada bayi di bawah 1 tahun adalah sebatas untuk memberikan kesenangan dan meningkatkan kelekatan antara bayi dan orangtua. AAP (2000) mengeluarkan rekomendasi yang menyatakan bahwa berlatih berenang sebagai sebuah olahraga pada anak sebaiknya dimulai setelah usia 4 tahun, dan tidak direkomendasikan untuk anak di bawah 1 tahun. Tanpa pelatihan khusus, bayi umumnya memperlihatkan gerakan renang rudimenter/dasar untuk tetap bisa mengapung, seperti gerakan kaki anjing saat berada dalam air. Kemampuan berenang yang kompleks baru dapat dicapai ketika perkembangan motorik anak mencapai tahap usia 4-5 tahun. Apabila diajari berenang terlalu dini, waktu yang diperlukan untuk menguasai gerakan ternyata lebih lama dibandingkan dengan anak yang dilatih berenang diatas usia 4 tahun. Untuk kegiatan berenang suhu air yang dianjurkan adalah 31-34˚c dengan lama latihan berenang bagi pemula maksimal 30 menit.


Dalam konteks pengasuhan anak usia dini, kegiatan berenang ataupun terapi air, bersama orang tua dan anak, dapat merupakan bagian dari kegiatan bermain yang mendukung stimulasi psikososial. Beberapa situasi yang mendukung stimulasi psikososial saat berenang, yaitu:


1. Membentuk kepercayaan

Saat berada dalam kolam renang anak belajar mempercayai bahwa dengan adanya orang tua bersama mereka, mereka tidak akan tenggelam (merasa aman)


2. Meningkatkan komunikasi

Kegiatan bersama berenang, akan selalu memunculkan komunikasi dan interaksi orang tua dan anak, baik dalam konteks melatih gerakan-gerakan tertentu, ataupun sekedar bercanda dengan anak


3. Melatih kedisiplinan

Saat orang tua melatih anak berenang, akan terbentuk aturan-aturan tertentu, misal terkait berapa lama kegiatan berenang akan dilakukan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di kolam renang, atau pada intruksi-intruksi khusus untuk melatih kemampuan berenang. Ketika anak mampu mematuhi aturan-aturan yang ada, artinya anak berlatih kedisiplinan.


Mengacu pada berbagai penjelasan diatas, olahraga berenang maupun terapi air pada anak usia dini dapat menjadi bagian dari kegiatan pencegahan stunting jika dilakukan secara rutin. Berenang dan terapi air melibatkan berbagai macam stimulasi tumbuh kembang, khususnya stimulasi motorik, kognitif, dan psikososial. Namun, orang tua harus memastikan semua protokol keselamatan saat berkegiatan dan terlibat dalam kegiatan berenang ataupun terapi air tersebut.


Reference:

Modul Pengasuhan responsif sesi 13 “Bermain Pada AUD”, ChildFund International, 2020


Created by:

dr. Agustina, Sp.A., M.Kes – Dokter Spesialis Anak

Fitriana Herarti, M.Psi, Psikolog – Spesialis Perkembangan Anak, ChildFund International di Indonesia

Reviewed by:

Dr. dr. Brian Sri Prahastuti, MPH – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden



Comments


bottom of page