Copy, cut and paste disabled


Cegah Stunting Sekarang, Hindari Penyakit Jantung di Masa Depan
top of page

Cegah Stunting Sekarang, Hindari Penyakit Jantung di Masa Depan

Updated: Oct 11, 2021



Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar (PB/U atau TB/U). Tinggi badan hanya penunjuk fisik, namun dampak lain yang tak kalah mengkhawatirkan dari stunting adalah hambatan perkembangan kognitif dan motorik serta gangguan metabolik pada saat dewasa sehingga berisiko menderita penyakit tidak menular.


Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan kondisi stunting ini terjadi, seperti kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan, kehamilan remaja, jarak kehamilan terlalu dekat, asupan gizi yang kurang pada saat kehamilan, kondisi sosial ekonomi, sanitasi, dll.


Anak yang mengalami stunting tentu saja beresiko mengalami dampak jangka pendek dan jangka panjang. Stunting dapat menjadi masalah jangka panjang karena gabungan beberapa atau semua faktor-faktor berikut:

  1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama

  2. Retardasi pertumbuhan intrauterine

  3. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan gizi

  4. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres

  5. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak.

Dampak stunting yang sering kita dengar adalah perkembangan otak yang tidak maksimal yang berakibat pada kemampuan mental dan belajar anak yang tidak maksimal, dan berujung pada prestasi belajar yang buruk. Tak hanya itu, dampak jangka panjang lain yang diakibatkan oleh stunting di periode 1000 HPK adalah kecenderungan anak ketika dewasa menjadi obesitas dan berpeluang menderita penyakit tidak menular (PTM) dimana salah satunya adalah penyakit jantung koroner.


Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner pada jantung karena penumpukan plak (ateroma) atau pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis). yang menyebabkan suplai darah ke jantung menjadi berkurang.


Penyakit jantung terutama Penyakit Jantung Koroner merupakan penyebab utama kematian di banyak negara, termasuk Indonesia. Menurut American Heart Association, yang termasuk faktor risiko penyakit jantung adalah faktor genetik, gaya hidup, kondisi kesehatan, dan status sosial ekonomi. Faktor risiko genetik yang tidak bisa kita ubah adalah meningkatnya usia, jenis kelamin pria, ras, dan riwayat keluarga. Gaya hidup yang berkontribusi termasuk pola makan tinggi gula-garam-lemak (GGL) dan kurang serat (sayur dan buah), merokok, aktivitas fisik yang kurang, stress, dan konsumsi alkohol berlebihan. Sedangkan faktor risiko dominan di Indonesia menurut penelitian Ghani et al pada tahun 2016 adalah hipertensi, gangguan mental emosional, diabetes mellitus (kencing manis), stroke, umur ≥ 40 tahun, riwayat kebiasaan merokok, jenis kelamin perempuan, tidak bersekolah-dan tamat SD, obesitas sentral, dan kemiskinan atau tingkat sosial ekonomi rendah.


Barker 1995 menyatakan, masalah gizi pada masa awal kehidupan dapat mempengaruhi riwayat perjalanan penyakit seseorang sepanjang hidupnya. Stunting usia dini sendiri memiliki konsekuensi penyakit sindrom metabolik pada usia dewasa yang dapat terjadi dalam jangka panjang. Sindroma metabolic adalah suatu kumpulan faktor risiko metabolik yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Penumpukan lemak pada pembuluh darah, peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar gula darah merupakan faktor-faktor risiko dari sindroma metabolik tersebut.


Menurut Barker, penyakit yang diderita seseorang saat dewasa disebabkan oleh masalah gizi yang dialaminya saat awal kehidupan (Barker, 1995). Masalah gizi kronis yang terjadi pada awal kehidupan seseorang menyebabkan pembelahan sel akan terjadi dengan lambat, dan memengaruhi struktur dan metabolisme tubuh secara permanen. Masalah gizi ini juga dapat membatasi sekresi hormon pertumbuhan. Ini terjadi dikarenakan adaptasi tubuh dengan kondisi malnutrisi dan kurangnya oksigen di dalam kandungan (Barker & Clarck, 2007; Barker,1995). Adaptasi ini disebut thrifty gen (Vaiserman, 2012). Dari sini jelas bahwa status gizi masa lalu akan terus menghantui kita hingga masa dewasa bahkan sampai akhir kehidupan, akan menetap dan menjadi penentu perjalanan penyakit di sepanjang usia kita (Barker,1995).


Barker telah melakukan penelitian mengenai hubungan antara malnutrisi dini dengan penyakit jantung koroner. PJK lebih banyak pada bayi-bayi yang kecil/prematur yang mengalami gagal tumbuh sejak dalam kandungan (Barker et al., 1993). Penelitian lain menyatakan hasil yang konsisten, bayi berat lahir rendah mempunyai risiko kematian jantung koroner dua kali lipat dibanding bayi normal (Rich et al., 1995). Studi Stein et al., 1996 di India juga menyatakan hal yang sama, kematian jantung koroner pada saat usia 45 tahun dengan riwayat berat lahir 2,5 kg sebanyak 15%, sedangkan yang lahir dengan berat 3,2 kg, risiko kematian jantung koroner turun menjadi 4%. Penelitian meta analisis (Wang et al., 2014) menyatakan bahwa BBLR berhubungan secara signifikan dengan penyakit jantung koroner, dengan risiko sebesar 1,2 kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir normal.


Penyakit kardiovaskular di mana penyakit jantung koroner merupakan salah satunya, adalah penyebab kematian tertinggi tidak hanya di Indonesia tetapi juga merupakan ancaman secara global. Karenanya ancaman ini kita peringati secara khusus di 29 September sebagai Hari Jantung Sedunia. Menurut data dari WHO, kematian akibat dari penyakit jantung dan pembuluh darah ini telah memakan korban lebih dari 17 juta jiwa di seluruh dunia. Di tengah pandemi COVID-19, kita tahu orang dengan penyakit penyerta seperti penyakit jantung, memiliki resiko lebih besar untuk mengalami gejala yang berat bahkan kematian. Dari berbagai faktor risiko penyebab penyakit jantung koroner, kondisi stunting di periode 1000 HPK menjadi mata rantai penting, malah bisa jadi merupakan titik awal untuk dapat membalik situasi.


Mencegah stunting sekarang, berarti mencegah berbagai penyakit degeneratif di masa dewasa, termasuk penyakit jantung yang mengancam nyawa. Melakukan intervensi asah, asih, asuh yang optimal sejak 1000 hari pertama kehidupan (awal kehamilan sampai anak menginjak usia 2 tahun) merupakan investasi awal yang akan berbuah manis di masa kini dan masa depan. Masa 1000 hari pertama merupakan periode kritis pemenuhan hak dasar anak untuk tumbuh kembang optimal, hidup sehat, produktif dan berkualitas. Dengan fokus pada periode 1000 HPK ini, kita tidak hanya cegah terjadinya stunting pada anak, tetapi juga merupakan bentuk investasi jangka panjang untuk generasi penerus bangsa yang sehat dan produktif.


Ayo cegah stunting sekarang, untuk cegah penyakit jantung di masa depan.

Investasi sejak dini, tanpa nanti dan tanpa tapi.


Reference:

  1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. ISSN 2099-270X. 2018

  2. (American Heart Association. Risk factors and coronary heart disease. USA: AHA; 2010. Tersedia dari: http://www.americanheart.org.)

  3. Promkes.kemkes.go.id. (2018). Mengenal Stunting dan Gizi Buruk. Penyebab, Gejala, dan Mencegah. Diakses dari http://promkes.kemkes.go.id/?p=8486

  4. Ford ES, Giles WH, Dietz WH, 2002. Prevalence of the Metabolic Syndrome Among US Adults. Finding from the Third National Health and Nutrition Examination Survey. Journal American Medical Association. 287(20): 356–59.

  5. Siswati, Tri. (2018). STUNTING. 10.13140/RG.2.2.16318.10565.

  6. Mirza , maulana. 2008. Panduan lengkap kehamilan. Jogjakarta: Kata Hati

  7. Ghani, L., 2016 Faktor Risiko Dominan Penyakit Jantung Koroner di Indonesia’, Buletin Penelitian Kesehatan, 02, 153–164. Dalam: 10.22435/bpk.v44i3.5436.153-164. Dikutip tanggal 6 Oktober 2021.

  8. Barker, D.J.P., Gluckman,P.D,, Godfrey, K.M., Harding, J.E., Owens, J.A and Robinson, J.S. 1993. Fetal nutrition and cardiovascular disease in adult life Lancet 341 938–941

  9. Barker, D.J.P., Martyn, C.N., Osmond C and Wield, G.A. 1995. Abnormal liver growth in utero and death from coronary heart disease British Medical Journal 310 703–704

Created by:

Yolanda Anisa - AMSA-Indonesia

Reviewed by:

dr. Wahdini Hakim, MWH – Pemerhati dan Pakar Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

Designed by:

Rekianarsyi Arrasyidipa Narayaprawira Wiranto Putra


bottom of page