Copy, cut and paste disabled


top of page
Writer's pictureCegah Stunting

Daun Kelor: Bahan Pangan Lokal yang Berlimpah dan Bermanfaat untuk #CegahStunting di Indonesia.

Apakah Sobat Penting (Pencegah Stunting) pernah mendengar tentang Daun Kelor? Iya, benar Daun Kelor (Latin: Moringa oleifera), suatu tanaman yang tak asing lagi manfaatnya di telinga masyarakat Indonesia. Mungkin, ada sebagian Sobat Penting yang lebih mengenal daun kelor yang berukuran kecil ini lewat peribahasa “Dunia tak selebar daun kelor”. Peribahasa yang juga menjadi pengingat kita bersama untuk tidak putus asa mencegah stunting dan berproses dalam #zerostuntinginthemaking di Indonesia. Salah satunya lewat konsumsi Daun Kelor: Bahan Pangan Lokal yang Berlimpah dan Bermanfaat untuk #CegahStunting di Indonesia.



Tentang daun kelor

Daun kelor sering digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam berbagai masakan nusantara serta bahan jamu tradisional [1]. Layaknya pohon kelapa, setiap bagian dari kelor mulai dari daun, biji, sampai dengan akarnya kaya akan nutrisi dan memiliki segudang manfaat kesehatan dan non-kesehatan [2]. Sebagai contoh, daun kelor dapat berperan sebagai antioksidan, antikanker, anti-inflamasi, antidiabetes, dan agen antimikroba [2][3][4]. Selain itu, daun ini juga dapat digunakan untuk mencegah stunting serta memperbanyak ASI pada ibu menyusui loh [2]. Belum lagi batangnya yang dapat digunakan sebagai pembatas lahan dan kulitnya dapat dikerik dan ditabur di atas daging yang sedang direbus [4]. Tidak heran kalau kelor mendapatkan julukkan sebagai sebagai The Miracle Tree atau Pohon Ajaib. Tetapi sayangnya popularitas dari daun kelor ini jauh tertinggal bila dibandingkan dengan jahe ataupun ginseng. Menimbang kekayaan gizinya, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin bahkan ingin menjadikan kelor sebagai tanaman herbal terbaik khas Indonesia sebagaimana ginseng dari Korea [5]. Ayah dan bunda juga tidak perlu khawatir terkait keamanan daun kelor. Pasalnya, beberapa penelitian dan penggunaannya di berbagai kultur menunjukkan keamanan dari konsumsi daun kelor ini [6].




Kandungan daun Kelor

Sebenarnya apa sih kandungan dari daun kelor yang juga dikenal sebagai superfood ini [7]? Daun kelor memiliki nilai protein yang tinggi yang setara dengan bungkil kedelai [7][8]. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa kelor memiliki kadar vitamin 10 kali lipat lebih banyak dari worter, kadar vitamin C 7 kali lipat lebih banyak dari pada jeruk, kadar kalsium 17 kali lebih banyak dari susu, dan kadar potasium 15 kali lipat lebih banyak daripada pisang [7]. Terlebih lagi, daun kelor juga mengandung besi, zinc, polifenol, GMG-ITC, asam lemak, vitamin E, vitamin B, dan vitamin A loh! Lantas bagaimana kandungan ini dapat membantu dalam mencegah stunting? Jika dilihat dari aspek nutrigenomik dan biologi molekuler, daun kelor yang ditambahkan pada MPASI (makanan pendamping ASI) berpotensi dan bermanfaat untuk mencegah stunting [3]. Seperti yang digambarkan pada diagram di bawah, berbagai kandungan nutrisi di dalam daun kelor dapat berperan baik pada tingkat molekuler, sel, ataupun fisiologis melalui berbagai mekanisme seperti nutrigenomik, antioksidan, antiinflamasi, dan antianemia [3].




Manfaat kelor untuk 3B (bumil, busui, dan balita) guna #CegahStunting!

Kelor dilansir dapat mencegah anemia, serta meningkatkan status nutrisi ibu hamil yang merupakan salah dua faktor risiko stunting. Anemia yang terjadi pada kehamilan dapat menyebabkan berat badan lahir rendah yang meningkatkan risiko stunting. Berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia dan negara lain telah menunjukkan manfaat daun kelor untuk mencegah bahkan mengobati anemia pada ibu hamil [9][10][11] dikarenakan kandungan besi dan vitamin C yang dimilikinya [12]. Selain itu, kelor juga dapat meningkatkan status nutrisi bumil loh! Faktanya, riset menunjukkan bahwa kelor dapat meningkatkan lingkar lengan atas ibu hamil secara signifikan [11]. Hal ini disebabkan karena kelor memiliki nutrisi potensial yang diperlukan untuk pembentukan jaringan, seperti protein dan lemak [12]. Lewat kedua jalur ini, tidak heran kalau konsumsi kelor selama kehamilan dapat mencegah stunting pada anak yang dikandungnya [13]. Walaupun demikian, penting bagi ibu hamil untuk tetap mengkonsumsi tablet tambah darah dan mengikuti anjuran isi piringku untuk ibu hamil Kementrian Kesehatan ya!




Daun kelor (Moringa oleifera, Moringa pterygosperma) mengandung vitamin, mineral, dan asam amino esensial serta sejumlah glikosida yang sangat baik untuk menunjang kesehatan ibu menyusui [14]. Beberapa penelitian juga menunjukkan kalau kelor dapat membantu meningkatkan produksi asi ibu menyusui [14][15][16][17]. Bahkan, produksi asi dapat meningkat sampai dengan 162 % pada hari kesepuluh kelahiran loh sobat penting [17]! Sobat penting tidak perlu menunggu sepuluh hari loh, ternyata peningkatan produksi asi ini dapat terjadi sekitar 24 jam setelah konsumsi kelor [17][18]. Penggunaan tanaman kelor sebagai galactogog juga telah lama dipraktikkan di Asia. Lantas bagaimana cara kelor meningkatkan produksi asi?


Beberapa studi menunjukan bahwa konsumsi daun kelor dapat meningkatkan kadar prolaktin serum ibu yang signifikan secara statistik dan meningkatkan volume ASI ibu. Pada suatu studi yang membandingkan efek pemberian domperidone, metoclopramide dan daun kelor selama 14 hari terhadap peningkatan produksi ASI, didapatkan bahwa volume ASI tertinggi berada di kelompok domperidone, diikuti oleh metoclopramide, dan daun kelor; namun tidak ditemukan korelasi antara kadar prolaktin serum dan volume ASI [14][17][18]. Selain efektif, peneliti juga menemukan kalau kelor aman dikonsumsi untuk ibu menyusui [14][17]. Daun kelor yang kaya nutrisi dengan asam amino esensial yang lengkap memang sangatlah baik untuk menunjang kesehatan ibu hamil dan menyusui. Pengolahan daun kelor juga menentukan kualitas nutrisi yang didapat. Dosis daun kelor yang diberikan juga perlu disesuaikan dengan kondisi ibu, untuk galactogog dosis bubuk daun kelor berkisar antara 450mg sampai 3,5 gram. Terlepas dari penggunaan daun kelor sebagai pemenuhan nutrisi dan galactogog, kunci utama keberhasilan menyusui adalah evaluasi dan konseling menyusui yang tepat, sehingga ibu dan bayi dapat menghadapi berbagai tantangan menyusui [14].


Beberapa studi telah melaporkan dampak baik dari kelor terhadap status nutrisi dan tumbuh kembang anak [12]. Studi di Burkina Faso menunjukkan bahwa anak-anak yang mengkonsumsi kelor 10-20 gram per hari mengalami peningkatan berat badan yang signifikan dibanding dengan anak yang tidak mengkonsumsi kelor [19]. Hal ini selaras dengan temuan di India [x]. Pemberian kelor kedalam bubur selama 3 bulan juga dapat meningkatkan kadar vitamin A dan status nutrisi anak di bawah usia 5 tahun [20]. Harganya yang murah, ketersediannya yang melimpah, serta kandungan gizinya yang tinggi membuat daun kelor berpotensi digunakan untuk memperbaiki gizi anak baik di rumah maupun fasilitas kesehatan [19]. Jangan lupa untuk tetap menvariasikan dan menyeimbangkan nutrisi buah hati ya sobat penting.


Dimana saja Sobat Penting dapat menemukan kelor?

Kelor merupakan tanaman yang dapat ditemukan di daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi sampai dengan wilayah yang bertanah kering dan gersang. Di Indonesia sendiri, kelor dapat sobat penting temui hampir di seluruh penjuru nusantara, seperti di Jawa, Madura, Lampung, Bali, Sunda, Sumater Barat dan Bima [21]. Daun kelor juga banyak dijual di pasar tradisional terdekat ataupun e-commerce dan dibandrol dengan harga 7.000-10.000 rupiah per 100 gram daun kelor kering atau segar.


Tips and trick bercocok tanam kelor di rumah.

Beberapa sobat penting mungkin ingin mendapat manfaat tanaman ajaib ini tanpa harus jauh-jauh ke pasar tradisional atau membeli produk olahannya. Tenang, sobat penting dapat menanam kelor di rumah loh karen kelor memerlukan perawatan yang rendah dan mudah dikembangbiakkan. Menanam kelor pun sangatlah mudah, sobat penting dapat mengikuti tips dan trik menanam kelor baik dari biji maupun stek batang di bawah ini.

Menanam dari Biji [22]

Menanam dengan stek batang [22]

Bahan:

  1. Biji kelor

  2. Media tanam

  3. Polybag

Bahan:

  1. Batang Tanaman Kelor

  2. Gunting/Pisau Tanaman

  3. Media tanam

  4. Polybag

​Langkah :

  1. Pilih biji kelor yang berkualitas. Hindari polong yang telah tua.

  2. Buka kulit polong dan ambil biji/ polong kelor lalu jemur hingga kering di bawah sinar matahari selama kurang lebih 1 hari.

  3. Jika biji kelor sudah mengering, simpan di tempat teduh dan kering

  4. Siapkan media tanam (polybag) untuk menyemai biji. Media diisi campuran tanah dan pupuk kandang.

  5. Tanamlah biji dalam polybag dan tunggu hingga bertunas

  6. Jika tunas sudah tumbuh, lakukan penyiraman agar tumbuh sehat

  7. Jika batang sudah kuat atau mencapai 15 cm, kamu bisa memindahkannya ke pot yang lebih besar atau di lahan pekarangan.

Langkah :

  1. Pilih batang kelor yang besar dari tanaman yang sehat. Sebaiknya, pilih batang pohon yang tidak terlalu tua atau terlalu muda dengan ukuran 30-50 sentimeter.

  2. Siapkan media tanam polybag.

  3. Runcingkan ujung batang dengan gunting atau pisau.

  4. Tancapkan batang kelor ke dalam tanah namun jangan terlalu dalam.

  5. Tunggu hingga muncul tunas dan ranting-ranting baru

  6. Siram tanaman kelor setiap 5-7 hari sekali. Hindari tanah tergenang air dalam waktu lama karena mengakibatkan pembusukan akar.


Pemanfaatan kelor di rumah, di puskesmas, dan di dunia usaha

Dengan segudang manfaat yang dimiliki kelor, tidak heran kalau para Menteri Kesehatan RI, seperti Pak Budi Gunadi Sadikin [5] dan Ibu Nila Moeloek [23], gencar dalam mempromosikan bahan pangan lokal ini untuk perangi stunting. Berbagai pembelajaran baik juga dapat dipetik dari upaya pemanfaatan daun kelor oleh berbagai puskesmas dan desa tentunya dengan kearifan lokal. Aktivitas yang dilakukan antara lain edukasi pemanfaatan daun kelor untuk mencegah stunting [24][25], inovasi produk oalahan kelor (seperti es krim kelor dan dodol kelor) [26][27], gerakan penanaman kelor [28], kelas konseling ibu hamil [29], daun kelor sebagai bahan olahan pemberian makanan tambahan (PMT) [30], pelatihan dan pendidikan cocok tanam yang peka gizi [31], bahkan sampai pelatihan kewiraushaan produk daun kelor [32][33].


Dua Ide olahan daun kelor untuk MPASI.

Daun kelor dapat diolah menjadi berbagai olahan makanan yang sehat dan enak. Salah satu contoh produk olahan yang bisa sobat penting coba di rumah adalah nasi ekspres kelor[34] dan biskuit daun kelor [35]. .


Resep nasi ekspres kelor ini dilansir memiliki kadar zat tinggi dan bermanfaat untuk kesehatan loh sobat penting. Resep ini juga cocok sekali bagi sobat penting yang ingin makanan sehat yang mudah dan cepat dibuat [34].

​Bahan

Cara pembuatan

  • ​Tepung terigu 90 g

  • Tepung daun kelor 20 g

  • Tepung tulang ikan sidat 15 g

  • Kuning telur 25 g

  • Gula halus 50 g

  • Susu skim 50 g

  • Margarin 50 g

  • Maizena 5 g

  • Vanili susu 5 gr

  • Masukkan mentega ke dalam rice cooker yang telah panas

  • Masukkan bawang putih dan bawang bombay, tumis sampai harum

  • Masukkan beras, dada ayam, sayur, jamur dan semua bumbu lainnya. Masukkan air, lalu diaduk

  • Ubah mode rice cooker ke mode cook

  • Setelah + 10 menit, aduk sebentar, lalu tutup kembali. Tunggu sampai masak. Setelah masak, diamkan + 10 dalam rice cooker. Nasi siap disajikan

  • Dapat ditambah teri, telur, ataupun lauk lain, sesuai selera

Biskuit daun kelor ini telah teruji memiliki syarat biskuit MP-ASI untuk berbagai kandungan gizi loh, antara lain jumlah energi (999 Kkal/100g), protein (16 g), lemak (17g), karbohidrat (90g), besi (6 mg), zink (6 mg) dan kalsium (3,6 g). Sobat penting bisa mengikuti langkah-langkah di bawah ini ya [35]!

Bahan

Pembuatan

  • Tepung terigu 90 g

  • Tepung daun kelor 20 g

  • Tepung tulang ikan sidat 15 g

  • Kuning telur 25 g

  • Gula halus 50 g

  • Susu skim 50 g

  • Margarin 50 g

  • Maizena 5 g

  • Vanili susu 5 gr

  • Campur gula halus dan margarine lalu diaduk sampai warnanya memucat dan tercampur rata.

  • Tambahkan kuning telur dan aduk sampai adonan sedikit mengembang

  • Masukkan tepung daun kelor, tepung tulang ikan sidat, tepung terigu, maizena, susu skim, dan vanili susu ke dalam adonan.

  • Aduk kembali adonan sampai kalis kemudian pilihkan setebat 0,5 cm lalu dicetak.

  • Panggang selama 20 menit dengan suhu 150 sampai warna biskuit hijau kecoklatan.

  • Setelah selesai dipanggang, dinginkan biskuit sampai biskuit sedikit mengeras dan cukup dingin untuk dikonsumsi.

  • Biskuit siap dinikmati.

Sebagian besar makanan nabati yang kita konsumsi mengandung sejumlah antinutrien di dalamnya[36][37]. Tanpa pengelolaan kelor dengan baik, kandungan antinutrien yang tinggi ini akan mengurangi bioavailabilitas dan pemanfaatan maksimum nutrisi utama yang bermanfaat dalam kelor [36][37]. Studi menunjukkan kalau cara pengelolaan terbaik untuk mengurangi antinutrien ini adalah dengan merebus [36]. Proses perebusan ini dilansir mengurangi kadar oksalat, fitat, dan penghambat tripsin secara signifikan dibanding dengan metode pengelolan lain [36].


Bagi sobat penting yang ingin mencari inspirasi olahan daun kelor lainnya, sobat penting dapat melihatnya di buku resep yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan RI, seperti “Buku Resep Makanan Lokal Balita dan Ibu Hamil” dan “Kumpulan Resep Olahan Pangan Sehat dan Jamu untuk Ibu Hamil, Balita, dan Remaja” [34][38].


Penting untuk mengungkap lebih banyak lagi manfaat kelor.

Meskipun kelor telah banyak digunakan, studi yang ada sejauh ini belum menyediakan bukti yang cukup kuat untuk mendukung penggunaannya di pengaturan klinis. Sampai saat ini, masih sedikit laporan uji klinis pada manusia yang dapat ditemukan dan uji klinis yang dilakukan pun hanya terbatas pada satu pusat penelitian. Perlu evaluasi dan penelitian lebih lanjut untuk menelaah daun kelor ini, terutama untuk mengeksplorasi senyawa di dalamnya yang memiliki potensi terapeutik untuk penemuan dan pengembangan obat [6][39]. “Saya minta ke Pemda ini (kelor) kita masukkan penelitian karena kelor itu kan kaya akan gizi. Saya pengin ngimbangin seperti ginsengnya Korea, dibikin penelitian yang serius untuk masuk dunia internasional,” ucap Menkes Budi [5].


Penutup

Melimpahnya daun kelor sebagai bahan pangan lokal di Indonesia sudah sepatutnya dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mencegah stunting di Indonesia, terutama di daerah-daerah yang memiliki keterbatasan akses ke pangan bergizi. Mari bersama kita manfaatkan dan promosikan kelor untuk #cegahstunting di Indonesia.


Penulis: Wilsen Widal Kho - Aktivis Cegah Stunting

Designer: Fenindra Anggi - Aktivis Cegah Stunting


Referensi:

  1. Silalahi, M. (2020). Pemanfaatan Daun Kelor (Moringa oleifera Lam) sebagai Bahan Obat Tradisional dan Bahan Pangan. Majalah Sainstekes, 7(2).

  2. Gopalakrishnan, L., Doriya, K., & Kumar, D. S. (2016). Moringa oleifera: A review on nutritive importance and its medicinal application. Food science and human wellness, 5(2), 49-56.

  3. Putra, A. I. Y. D., Setiawan, N. B. W., Sanjiwani, M. I. D., Wahyuniari, I. A. I., & Indrayani, A. W. (2021). Nutrigenomic and biomolecular aspect of Moringa oleifera leaf powder as supplementation for stunting children. J Trop Biodivers Biotechnol, 6, 60113.

  4. Habibi, L. (2019, November 12). Peluang Usaha Daun Kelor . Retrieved March 26, 2023, from http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/82792/PELUANG-USAHA-DAUN-KELOR-oleh--Lalu-Habibi-SST/

  5. Tarmizi, S. N. (2023, March 10). Ingin Imbangi ginseng korea, Menkes Budi Minta Kelor diteliti serius. Sehat Negeriku. Retrieved March 26, 2023, from https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230304/0642506/ingin-imbangi-ginseng-korea-menkes-budi-minta-kelor-diteliti-serius/

  6. Popoola, J. O., Aworunse, O. S., Oyesola, O. L., Akinnola, O. O., & Obembe, O. O. (2020). A systematic review of pharmacological activities and safety of Moringa oleifera. Journal of Herbmed Pharmacology, 9(3), 174-190.

  7. Islam, Z., Islam, S. M., Hossen, F., Mahtab-ul-Islam, K., Hasan, M., & Karim, R. (2021). Moringa oleifera is a prominent source of nutrients with potential health benefits. International Journal of Food Science, 2021.

  8. Rimbawanto, E. A., Hartoyo, B., Rahayu, S., Suhartati, F. M., & Bata, M. (2022, June). POTENSI KONSENTRAT PROTEIN DAUN KELOR (Moringa oleifera) SEBAGAI BAHAN PAKAN SUMBER PROTEIN. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI AGRIBISNIS PETERNAKAN (STAP) (Vol. 9, pp. 198-202).

  9. Suzana, D., Suyatna, F. D., Andrajati, R., Sari, S. P., & Mun’im, A. (2017). Effect of Moringa oleifera leaves extract against hematology and blood biochemical value of patients with iron deficiency anemia. Journal of Young Pharmacists, 9(1s), S79.

  10. Kundaryanti, R., & Novelia, S. (2021). The Effect of Moringa Oleifera on Hemoglobin Level in Pregnancy. Nursing and Health Science Journal (NHSJ), 1(2), 136-141.

  11. Nadimin, H. V., As’ad, S., & Buchari, A. (2015). The extract of moringa leaf has an equivalent effect to iron folic acid in increasing hemoglobin levels of pregnant women: a randomized control study in the coastal area of Makassar. Int J Sci Basic Appl Res, 22(1), 287-94.

  12. Nadimin, M. H. Z., Asif, A., & Rehman, A. U. Nutritional Intervention Based on Moringa Leaf Flour to Prevent Stunting in First 1000 Days of Life (1000 HPK): Review Articles.

  13. Basri, H., Hadju, V., Zulkifli, A., Syam, A., & Indriasari, R. (2021). Effect of moringa oleifera supplementation during pregnancy on the prevention of stunted growth in children between the ages of 36 to 42 months. Journal of Public Health Research, 10(2), jphr-2021.

  14. Drugs and Lactation Database (LactMed®) [Internet]. Bethesda (MD): National Institute of Child Health and Human Development; 2006-. Moringa. [Updated 2023 Feb 15]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK501899/

  15. Fungtammasan, S., & Phupong, V. (2021). The effect of Moringa oleifera capsule in increasing breastmilk volume in early postpartum patients: A double-blind, randomized controlled trial. Plos one, 16(4), e0248950.

  16. Estrella, M. C. P., Jacinto Bias III, V., David, G. Z., & Taup, M. A. (2000). A double-blind, randomized controlled trial on the use of malunggay (Moringa oleifera) for augmentation of the volume ofbreastmilk among non-nursing mothers of preterm infants. Phillipp J Pediatr, 49(1), 3-6.

  17. Espinosa-Kuo, C. L. (2005). A randomized-controlled trial on the use of malunggay (Moringa oleifera) for augmentation of the volume of breastmilk among mothers of term infants. Filipino Fam Physician, 43(1), 26-33.

  18. Estrella, M. C. P., Jacinto Bias III, V., David, G. Z., & Taup, M. A. (2000). A double-blind, randomized controlled trial on the use of malunggay (Moringa oleifera) for augmentation of the volume ofbreastmilk among non-nursing mothers of preterm infants. Phillipp J Pediatr, 49(1), 3-6.

  19. Yadav, H., GAUR, A., & BANSAL, S. C. (2022). Effect of Moringa Oleifera Leaf Powder Supplementation in Children with Severe Acute Malnutrition in Gwalior District of Central India: A Randomised Controlled Trial. Journal of Clinical & Diagnostic Research, 16(8

  20. Zongo, U., Savadogo, B., Zoungrana, S. L., Sanou, D., Savadogo, A., Dicko, M. H., & SababenedyoTraore, A. (2018). Effect of moringa leaves powder consumption on young children nutritional and serum retinol status in Burkina Faso rural area. Int J Nutr Food Sci, 7(4), 148-54.

  21. Setiawan, R. B., Firdaus, F., Syarif, Z., Rahmah, M., Fitriawati, F., Satrian, Y., ... & Aviolita, S. (2020). EKSPLORASI DAN ANALISIS CLUSTER TANAMAN KELOR (Moringa oleifera Lam.) DI SUMATERA BARAT. Prosiding Webminar Nasional Series Sistem Pertanian Terpadu Dalam Pemberdayaan Petani di Era New Normal, 144-151.

  22. Kementrian Pertanian. (2019, November 7). Cara Budidaya Tanaman Kelor (Moringa oleifera). Cyber extension. Retrieved March 26, 2023, from http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/80215/CARA-BUDIDAYA-TANAMAN-KELOR-Moringa-oleifera/

  23. Zahro, F. (2019, April 12). Menkes Nila F Moeloek Ajak Perangi stunting Dengan Daun Kelor. Surya.co.id. Retrieved March 26, 2023, from https://surabaya.tribunnews.com/2019/04/12/menkes-nila-f-moeloek-ajak-perangi-stunting-dengan-daun-kelor

  24. Wahyuningsih, R., & Darni, J. (2021). Edukasi pada ibu balita tentang pemanfaatan daun kelor (moringa oleifera) sebagai kudapan untuk pencegahan stunting. Jurnal Pengabdian Masyarakat Sasambo, 2(2), 161-165.

  25. Hasanuddin, I., AL, J. P., Sulaeman, S., Rodin, M. A., Laela, N., Nurbaya, S., & Suparta, S. (2022). Edukasi Tentang Pemanfaatan Daun Kelor (Moringa Oleifera) Guna Pencegahan Stunting Di Desa Cenrana Kec Panca Lautang. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), 5(8), 2458-2466.

  26. Kautsar, N. D. (2020, March 15). 7 Fakta Dodol Daun Kelor ala Puskesmas Pasundan, Bisa Cegah stunting. merdeka.com. Retrieved March 26, 2023, from https://www.merdeka.com/jabar/7-fakta-dodol-daun-kelor-ala-puskesmas-pasundan-salah-satunya-cegah-stunting.html

  27. Rosida, N. Y., & Rosalina, D. (2020). Produk Inovasi Es Krim Kelor (Moringa oleifera Lam.) sebagai Upaya Pencegahan Stunting Desa Jatisela, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 3(1).

  28. Purnomo, B. (2022, November 17). Aksi cegah stunting, Puskesmas Lohbener Bersama Forkopimcam lohbener tanam 1.000 pohon Kelor Dan Ibu hamil makan Sayur Kelor. Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Indramayu. Retrieved March 26, 2023, from https://diskominfo.indramayukab.go.id/aksi-cegah-stunting-puskesmas-lohbener-bersama-forkopimcam-lohbener-tanam-1-000-pohon-kelor-dan-ibu-hamil-makan-sayur-kelor/

  29. Novelia, S., Lubis, R., Yuliani, L., & Marta, H. (2021). The Implementation of Stunting Prevention Program during COVID-19 Pandemic in Pandeglang Regency. Nursing and Health Science Journal (NHSJ), 1(3), 180-183.

  30. Puskesmas Sopaah. (n.d.). Inovasi UPT Puskesmas sopaah "pelor canting" (Pemanfaatan Kelor CEGAH anak stunting) Mendapat Sertifikat penghargaan dengan nilai 111. Puskesmas Sopaah. Retrieved March 26, 2023, from https://pkmsopaah.pamekasankab.go.id/inovasi-upt-puskesmas-sopaah-pelor-canting-pemanfaatan-kelor-cegah-anak-stunting-sertfikat-penghargaan-dengan-nilai-111/

  31. Ratnanggana, S. (n.d.). A stunting prevention initiative: Moringa at home for Healthier Meals and Families. Kopernik. Retrieved March 26, 2023, from https://kopernik.info/en/news-events/blog/a-stunting-prevention-initiative-moringa-at-home-for-healthier-meals-and-families

  32. Luthfiyah, F., Sofiyatin, R., & Abdi, L. K. (2022). Pelatihan Kewirausahaan Produk dari Daun Kelor untuk Meningkatkan Kemampuan Berwirausaha. Media Karya Kesehatan, 5(2).

  33. Lestari, A. F., & Sari, I. P. (2018). KELOR (Kelas Entrepreneurship Pemanfaatan Daun Kelor) Sebagai Upaya Pemberdayaan untuk Meningkatkan Produktivitas Ibu Rumah Tangga: KELOR (Moringa Leaf Utilization Entrepreneurship Class) as an Empowerment to Improve Productivity of Housewifes. Jurnal Kesmas Untika Luwuk: Public Health Journal, 9(2), 1-10.

  34. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan RI. (2020). Kemkes.go.id. Retrieved March 26, 2023, from https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/Buku_Resep_Olahan_Pangan_dan_Akupressur_2022.pdf

  35. Muliyati, H., & Hutagaol, I. O. (2020). Formulasi Biskuit Sumber Energi Dan Protein dari Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) dan Tulang Ikan Sidat (Anguila Sp) untuk Baduta Stunting. Ghidza: Jurnal Gizi Dan Kesehatan, 4(1), 11-21.

  36. Sallau, A. B., Mada, S. B., Ibrahim, S., & Ibrahim, U. (2012). Effect of boiling, simmering and blanching on the antinutritional content of Moringa oleifera leaves. International Journal of Food Nutrition and Safety, 2(1), 1-6.

  37. Alidou, C., Salifou, A., Djossou, J., Mazou, M., Tchebo, F. P., & Soumanou, M. M. (2016). Roasting effect on anti-nutritional factors of the Moringa oleifera leaves. Int. J. Adv. Res, 4, 78-85.

  38. Astuti, D., Mamas, S., Prihastono, E., Mahmud, M., Mursalim, Rosa, D., Yumeida, T., Sholutiyah, Z., Septiani, N., Kamila, E., & Yunita. (2002). Buku Resep Makanan Lokal Balita Dan Ibu Hamil - kemkes.go.id. Retrieved March 26, 2023, from https://kesmas.kemkes.go.id/konten/105/0/buku-resep-makanan-lokal-balita-dan-ibu-hamil

  39. Liu, R., Liu, J., Huang, Q., Liu, S., & Jiang, Y. (2022). Moringa oleifera: a systematic review of its botany, traditional uses, phytochemistry, pharmacology and toxicity. Journal of Pharmacy and Pharmacology, 74(3), 296-320.


1 Comment


Syakila Putri
Syakila Putri
Apr 10

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/


Like
bottom of page