Copy, cut and paste disabled


top of page

Mari SADARI untuk Sang Buah Hati

26 Oktober diperingati sebagai hari kanker payudara sedunia. Mengapa ini penting? Apa saja faktor risikonya? dan apakah ada cara mencegahnya? Apa kaitannya dengan kesehatan dan status gizi anak serta upaya cegah stunting? Yuk kita coba ulas bersama.



Kanker payudara adalah suatu penyakit keganasan yang menyerang kelenjar payudara, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Kejadian kanker payudara ini tak kalah tinggi dari kejadian kanker leher rahim. Faktanya, kanker payudara berada pada peringkat kedua yang menyerang wanita di seluruh dunia. Menurut GLOBOCAN pada tahun 2012, angka kejadian kanker payudara yang terjadi di indonesia menempati peringkat tertinggi di ASEAN yaitu sebesar 48.998 dan 40.3 per 100.000 wanita. Di Indonesia, angka kejadian kanker payudara mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2018. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui cara mencegah kanker payudara dengan mengetahui faktor risikonya.


Kanker payudara adalah penyakit yang dapat dicegah. Pencegahan kanker payudara dapat melalui dua cara, yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer adalah cara mencegah kanker payudara dengan mengurangi faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker payudara. Secara sederhana, pencegahan primer kanker payudara adalah dengan mengetahui faktor risikonya sehingga seseorang dapat menghindarinya.



Faktor risiko kanker payudara antara lain wanita usia lebih dari 50 tahun, memiliki riwayat keluarga dan genetik, riwayat penyakit payudara sebelumnya, menstruasi dini (<12 tahun) atau menstruasi lambat atau menopause lambat (>55 tahun), tidak memiliki anak dan tidak menyusui, melahirkan anak pertama pada usia 30 tahun, menggunakan kontrasepsi hormonal dan atau mendapat terapi hormonal dalam waktu yang cukup lama, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, mengalami stress berat, konsumsi lemak dan alkohol secara berlebih, perokok aktif maupun pasif. Jadi kita dapat mencegah kanker payudara dengan menghindari dan mengelola faktor risiko tersebut.


Sedangkan pencegahan sekunder kanker payudara adalah upaya mencegah dengan melakukan skrining kanker payudara. Skrining kanker payudara merupakan pemeriksaan atau usaha untuk menemukan kelainan yang mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang saat skrining tidak merasakan keluhan/kelainan apapun di payudara. Tujuan melakukan skrining payudara ini adalah untuk deteksi jaringan kanker sedini mungkin, Dengan demikian, pengobatan dan tindakan dapat dilakukan lebih efektif, sehingga meningkatkan kesembuhan menurunkan risiko kematian, dan memperbaiki kualitas hidup.


Salah satu skrining mudah dan murah adalah “SADARI”, singkatan dari perikSA payuDAra sendiRI. Rutin melakukan SADARI 7-10 hari setelah menstruasi, dapat membantu Anda melindungi diri dari kanker payudara. Ikuti 6 langkah mudah SADARI sebagai berikut:

  1. Dengan berdiri tegak, perhatikan payudara apakah terdapat perubahan pada permukaan kulit dan bentuk, pembengkakan, atau perubahan pada puting.

  2. Perhatikan bentuk dan ukuran payudara Anda dengan cara angkat kedua lengan ke atas, menekuk siku, dan posisikan tangan di belakang kepala dan dorong siku ke depan sembari melihat payudara lalu dorong siku ke belakang.

  3. Letakkan kedua tangan pada pinggang, lalu bahu dicondongkan ke depan sampai payudara menggantung, kemudian doronglah kedua siku ke depan, dan kencangkan otot dada Anda.

  4. Lengan kiri diangkat ke atas, pegang bagian atas punggung meggunakan tangan kiri dengan cara menekuk siku. Kemudian rabalah serta tekan payudara menggunakan ujung jari tangan kanan, perhatikan seluruh bagian payudara kiri hingga ke area ketiak. Lakukan gerakan atas-bawah, gerakan lingkaran, dan gerakan lurus dari arah tepi payudara ke puting, dan sebaliknya. Ulangi gerakan tersebut pada payudara kanan Anda.

  5. Cubit kedua puting payudara. Perhatikan apabila ada cairan yang keluar dari puting.

  6. Sambil berbaring, letakkan bantal di bawah pundak kanan. Angkat lengan ke atas. Perhatikan payudara kanan dan lakukan tiga pola gerakan seperti sebelumnya. Dengan menggunakan ujung jari-jari, tekan seluruh bagian payudara hingga ke sekitar ketiak.


Setelah tahu cara mencegah kanker payudara, mari kita ulas pentingnya mengenali kanker payudara dari aspek fungsi penting payudara untuk tumbuh kembang anak. Menyusui adalah proses atau kegiatan pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi. WHO dan UNICEF merekomendasikan untuk memberikan ASI pada bayi dimulai dari satu jam pertama kelahiran sampai enam bulan pertama kehiduoan atau disebut juga sebagai pemberian ASI eksklusif, di mana pada masa pemberian ASI eksklusif ini bayi tidak diperbolehkan untuk diberikan makanan dan minuman lainnya termasuk air, tetapi ada pengecualian jika anak dan bayi perlu diberikan larutan rehidrasi oral, atau sirup vitamin, atau obat-obatan.


Pemberian ASI hingga bayi menginjak usia 6 bulan disebut juga dengan memberikan ASI eksklusif. Manfaat yang didapatkan dengan memberikan bayi ASI eksklusif terutama adalah membantu perkembangan sang anak melalui asupan gizi yang baik serta memberikan perlindungan bagi bayi dan anak terhadap penyakit berbahaya. Menurut Hidajati (2012), pemberian ASI juga dapat memberikan kasih sayang kepada bayi, hal ini juga didukung oleh WHO yang berpendapat bahwa melalui pemberian ASI eksklusif dapat meningkatkan rasa keterikatan antara ibu dan anak (WHO, 2010).


Salah satu penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara riwayat menyusui dengan kejadian kanker payudara, di mana disebutkan bahwa ibu yang tidak memberikan ASI pada bayi dan anak berpotensi terkena kanker payudara lebih besar daripada ibu yang memberikan ASI pada bayi dan anak. Dari sebuah penelitian juga ditemukan bahwa durasi menyusui dapat membantu untuk menurunkan risiko kanker payudara karena terdapat penurunan level hormon estrogen dan pengurangan sekresi bahan-bahan karsinogenik saat menyusui sehingga menyusui disebut memiliki efek protektif. Selain kanker payudara, dengan menyusui juga dapat menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium bagi sang ibu.


Faktor risiko lain dari kanker payudara adalah obesitas. Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebih pada tubuh yang dapat diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), di mana IMT dari seseorang yang menderita obesitas menunjukkan angka yang lebih tinggi dari IMT normal. Obesitas dan overweight dapat meningkatkan risiko kanker payudara dengan efek perangsang yang dimiliki terhadap perkembangan kanker payudara yang disebabkan oleh kadar hormon estrogen yang meningkat sehingga dapat terjadi pertumbuhan jaringan dan pembelahan sel yang tidak terkendali.


Ini berarti, jika kita dapat mencegah anak mengalami obesitas saat tumbuh kembang sampai dewasa, maka kita mengurangi pula risiko kanker payudara anak-anak kita. Berdasarkan penelitian, pemberian ASI pada bayi dapat menurunkan risiko anak mengalami obesitas saat ia tumbuh dewasa. Global “The Lancet Breastfeeding Series, 2016” juga membuktikan bahwa menyusui dapat menurunkan angka kematian bayi yang disebabkan oleh infeksi, serta bermanfaat dalam perkembangan bayi, salah satunya mencegah terjadinya stunting, obesitas, dan penyakit kronis lainnya. Jadi, secara tidak langsung dengan memberikan ASI ekslusif telah berperan dalam penurunan risiko terjadinya kanker payudara, di mana obesitas merupakan salah satu faktor risiko dari kanker payudara.


Sebagai kesimpulan, menyusui memiliki peran yang besar dalam kehidupan dan perkembangan bayi, serta dalam menurunkan risiko terjadinya kanker payudara pada ibu, maupun anak yang disusui saat ia dewasa nanti dengan mencegah terjadinya faktor risiko kanker payudara. Oleh karena itu, mari kita terus promosikan, lindungi, dan dukung proses menyusui. Cegah kanker payudara sedini mungkin!


Reference:

  1. Shah R, Rosso K, Nathanson SD. Pathogenesis, prevention, diagnosis and treatment of breast cancer. World J Clin Oncol. 2014;5(3): 283–298.

  2. Olfah, Y et al, 2013. Kanker Payudara dan Sadari. Nuha Medika. Yogyakarta.

  3. Kemenkes RI. 2016. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Jakarta: Kemenkes RI.

  4. Hidajati, A. (2012). Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui?. Yogyakarta :Flashbooks.

  5. Kemenkes RI. Pedoman penyelenggaraan pekan ASI sedunia (PAS). Jakarta: Kemenkes RI; 2017.

  6. Anstey EH, Shoemaker ML, Barrera CM, O'Neil ME, Verma AB, Holman DM. Breastfeeding and Breast Cancer Risk Reduction: Implications for Black Mothers. Am J Prev Med. 2017;53(3S1):S40-S46. doi:10.1016/j.amepre.2017.04.024

  7. Rasjidi I. Epidemiologi kanker serviks. Indonesian Journal of Cancer Juli - September 2009.Vol.III, No.3:103- 8

  8. M. Laurence, Strawn G., Mei Zuguo. Does Breastfeeding Protect Against Pediatric Overweight? Analysis of Longitudinal Data From the Center for Disease Control an Prevention Pediatric Nutrition Surveillance System. American Academy of Pediatrics. 2004;113;e81.

  9. Ria Erena. (2018). Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Kanker Payudara Di RSUD Bangkinang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 2, No 1, April 2018.

  10. http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-kanker-dan-kelainan-darah/apa-saja-faktor-risiko-kanker-payudara

Created by:

Yolanda Anisa - Liason Officer for Non-Governmental Organization 2021/2022 AMSA-Indonesia

Reviewed by:

dr. Wahdini Hakim, MWH – Pemerhati dan Pakar Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

Designed by:

Rekianarsyi Arrasyidipa Narayaprawira Wiranto Putra

Σχόλια


bottom of page