Copy, cut and paste disabled


Pengasuhan Responsif Penting untuk Cegah Stunting
top of page

Pengasuhan Responsif Penting untuk Cegah Stunting

Updated: Mar 15, 2021



Saat mendengar kata stunting, biasanya selalu diasosiasikan dengan masalah pola makan atau masalah gizi buruk saja. Padahal sebenarnya, masalah stunting lebih luas dari hal itu. Stunting adalah kondisi kegagalan pertumbuhan di masa 1.000 hari kehidupan anak, yang diukur dari panjang/tinggi badan anak terhadap umur yang kurang dibandingkan standar secara keilmuan yang ditetapkan oleh WHO. Stunting terjadi karena kekurangan asupan gizi kronis, tidak optimalnya pengasuhan, dan masalah sanitasi yang terjadi sejak anak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun. Seorang anak baru bisa dikatakan stunted ketika ia berusia dua tahun. Berdasarkan definisi tersebut terdapat tiga (3) faktor yang berperan dalam pencegahan stunting, yaitu pola makan, pola asuh, dan sanitasi.



Pola asuh yang dimaksud adalah pemberian stimulasi psikososial dalam interaksi sehari-hari dengan anak. Stimulasi psikososial adalah rangsangan dari luar diri anak yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Contoh stimulasi psikososial adalah orang tua yang sering mengajak anak bicara atau menjawab pertanyaan anak; orang tua bercanda atau memarahi anak, anak bermain dengan orang tua atau anak lainnya; orang tua menenangkan atau membiarkan anak yang sedang menangis, dll. Pentingnya pola asuh yang memberikan stimulasi psikososial ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, di 2018. Studi tersebut dilakukan untuk mengetahui profil pengasuhan pada anak-anak yang mengalami stunting. Profil pengasuhan dalam studi tersebut menunjukkan kurangnya interaksi dan stimulasi psikososial dari Ibu/orang tua pada anak-anak yang mengalami stunting.


Pentingnya pola asuh melalui pemberian stimulasi psikososial untuk pencegahan stunting juga mengacu pada nurturing care framework (NCF) yang dikeluarkan oleh WHO di 2018. NCF adalah suatu kerangka kerja dalam membantu anak-anak bertahan dan berkembang untuk bertransformasi di aspek kesehatan dan potensi sebagai manusia utuh. Terdapat 5 komponen dalam NCF, yaitu: kesehatan yang baik, nutrisi yang cukup, pengasuh yang responsif, kesempatan untuk pendidikan usia dini, serta yang terakhir keamanan dan keselamatan.


Pengasuh yang Responsif

Pengasuhan yang tanggap terhadap kebutuhan dasar anak usia dini. Termasuk didalamnya adalah mengamati dan merespon gerak tubuh, suara, dan permintaan anak. Hal tersebut merupakan dasar untuk:

1. Melindungi anak dari cedera dan dampak negatif lainnya

2. Mengenali dan merespon sakit yang diderita anak

3. Memperkaya proses belajar anak

4. Membangun kepercayaan dalam interaksi sosial

Sebelum anak kecil belajar bicara, keterlibatan antara mereka dengan pengasuh/orang tua diekspresikan melalui pelukan, kontak mata, senyuman, vokalisasi dan gerak tubuh. Interaksi yang saling menyenangkan ini akan membentuk ikatan emosional, yang membantu anak kecil memahami dunia di sekitar mereka dan untuk belajar tentang orang lain, interaksi sosial, dan bahasa. Banyaknya interaksi pengasuh dan anak ini akan merangsang perkembangan optimal otak anak.



Mengacu pada modul pengasuhan responsif dari ChildFund International di Indonesia, terdapat 5 peran utama orang tua untuk mendukung tumbuh kembang anak, sering disebut sebagai 5M Pengasuhan, yaitu:

1. Merespon - menanggapi anak dengan tepat. Anak sangat membutuhkan respon atau tanggapan yang tepat dan benar terhadap apa yang mereka lakukan, tanyakan, atau yang mereka ketahui. Misal: anak bertanya banyak hal saat menonton film kartun, orang tua menjawab dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami anak.

2. Mencegah – mencegah kegiatan anak agar tidak berperilaku yang negatif atau berisiko terhadap diri anak itu sendiri. Misal, mencegah anak untuk bermain pisau atau gunting agar anak tidak mengalami cedera

3. Memantau - mengawasi anak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Pengawasan orang tua terhadap anak ini sangat penting, agar anak tidak terpengaruh pada situasi atau lingkungan yang negatif. Misal anak bermain dengan anak lain yang sering berkata kasar, maka orang tua terlibat dalam permainan tersebut dan mengarahkan kedua anak untuk berkata sopan dan baik.

4. Mendampingi - mendampingi secara aktif dalam pembentukan perilaku anak. Misal mendampingi anak belajar mengenal huruf dan angka, orang tua bukan hanya menyediakan mainan edukatif tapi juga mendampingi dalam permainan tersebut.

5. Menjadi contoh - menjadi contoh yang positif pada anak. Menjadi orang tua dituntut untuk selalu menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Misal: jika orang tua ingin anak tidak berkata kasar, maka dalam interaksi sehari-hari, maka orang tua harus memberi contoh berbicara yang sopan dan baik.



Dalam semangat peringatan hari perempuan internasional pada tanggal 8 Maret 2021, yang bertemakan “memilih untuk menantang” mari kita memilih menjadi Ibu yang responsif untuk mencegah anak kita dari bahaya stunting dan menantang Ibu Ibu lainnya untuk melakukan pengasuhan yang merespon kebutuhan dasar anak usia dini demi masa depan anak-anak Indonesia.


Catatan:

ChildFund International adalah organisasi internasional yang berfokus pada perlindungan dan perkembangan anak. Ada di Indonesia sejak 1973 untuk membantu anak-anak yang terabaikan, terkucilkan, dan rentan menyadari hak-hak mereka dan mampu mencapai potensi optimal mereka.


Reference:

1. Description of parenting pattern on stunting and normal children in the specific area stunting of Pasaman and West Pasaman, West Sumatra - Journal of Midwifery Vol 3 : No 2 (2018)

2. Nurturing care for early childhood development, WHO 2018

3. Modul Pengasuhan Responsif, seri 2 “Pengetahuan dan Keterampilan Pengasuhan Responsif, ChildFund International di Indonesia, 2020.


Created by:

Fitriana Herarti, M.Psi., Psikolog – Spesialis Perkembangan Anak ChildFund International

Reviewed by:

DR. dr. Brian Sri Prahastuti, MPH - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden

Designed by:

Rekianarsyi Arrasyidipa Narayaprawira Wiranto Putra


bottom of page