Copy, cut and paste disabled


Pemuda, Ahli, dan KSP Kuatkan Komitmen Penurunan Angka Stunting dan Wasting
top of page

Pemuda, Ahli, dan KSP Kuatkan Komitmen Penurunan Angka Stunting dan Wasting



Jakarta Pusat – pemuda dari gerakan sosial Cegah Stunting, ahli dari UNICEF, dan Kantor Staf Presiden melakukan koordinasi teknis terkait “Dukungan Percepatan Penurunan Stunting” pada 1 September 2023 lalu. Koordinasi teknis ini merupakan respon terhadap angka stunting yang masih di atas target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 dan ambang batas WHO. Beban ini diperberat dengan keterkaitannya dengan angka wasting anak, seperti yang disampaikan Dr. dr. Brian Sriprahastuti, MPH.


Rapat koordinasi teknis ini dipimpin oleh Dr. dr. Brian Sri Prahastuti, MPH (Tenaga Ahli Utama KSP dan dihadiri oleh tim manajemen CegahStunting: dr. Dhiya Khoirunnisa (Vice President for Media Strategy), Sekar Putri Andriani, S.Ked (Executive Director), Syaogi Ahmed ‘Azizy, S.Ked (Administration and Finance Director), Wilsen Widal Kho, S.Ked (Internal Affairs Director), Qurota Ayuni, S.Ked (External Affairs Director), Maria Varani Setyadi, S.Ked (Media Communication Director).


Masyarakat masih sering salah kaprah tentang perbedaan stunting, wasting, dan gizi buruk. Wasting merupakan kondisi anak lebih kurus daripada berat badan seusianya dengan batas -2SD kurva WHO. Wasting menjadi penting dan urgent karena risiko menjadi stunting dan mortalitas dibaliknya. Pemerintah menargetkan penurunan angka stunting menjadi 14% dan angka wasting menjadi 7%. Menurut data dari Survei Status Gizi Balita Indonesia tahun 2022, prevalensi wasting sebesar 7.1% di tahun 2021 naik menjadi 7.7% di tahun 2022; sementara prevalensi stunting ada di angka 21.6% turun 2.8% dari angka tahun 2021 sebesar 24.4%. Indonesia masih perlu menurunkan angka stunting sebanyak 7.6% dan wasting sebanyak 0.7% dengan sisa waktu akhir masa RPJMN 2020-2024 yang semakin singkat. Wasting sering kali tidak diperhatikan. Wasting dianggap sebagai “kurus” yang tidak berhubungan dengan gangguan tumbuh kembang. Dalam pembuatan dan penegakkan kebijakan, wasting belum digambarkan sebagai kondisi yang mengarah pada stunting jika tidak ditangani.


Julia Suryantan dan Blandina Rosalina Bait dari UNICEF menekankan dibutuhkannya peningkatan kesadaran terhadap wasting berdasarkan hasil studi dan rekomendasi global sebagai salah satu bentuk Penanganan dan Tata laksana Wasting. Salah satu bentuknya dengan pemanfaatan Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi serta perambahan penyebaran informasi melalui media sosial, radio, dan komunikasi antar pribadi. Intervensi dini dapat menekan pengeluaran dan memberikan hasil pengejaran ketertinggalan tumbuh kembang yang lebih baik. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) dapat menjadi metode skrining dan indikator tunggal yang relatif lebih mudah interpretasinya.


Penanganan wasting untuk cegah stunting difokuskan pada remaja putri, pasangan usia subur, ibu hamil dan menyusui, sampai anak di 1000 Hari Pertama Kehidupan. Siklus rantai stunting ini merupakan bagian dari “center of gravity”. Melihat rantai yang dimulai sejak usia remaja-pemuda dan pentingnya peningkatan kapasitas calon pemimpin bangsa, Sekar Putri Andriani sebagai tim manajemen CegahStunting menitikberatkan partisipasi pemuda yang bermakna dalam percepatan penurunan angka stunting. Saat ini, organisasi Sahabat Menyusui dan organisasi mahasiswa kedokteran AMSA-Indonesia dan CIMSA telah bergabung untuk menggaungkan penurunan angka stunting.


Koordinasi antar pemerintah, ahli, dan pemuda ini diharapkan kedepannya dapat memberikan pendekatan relevan dan terpercaya agar masyarakat mampu mengoptimalkan kesehatannya dan mengenali tanda-tanda malnutrisi untuk intervensi segera oleh tenaga kesehatan.



Penulis: Maria Varani Setyadi




bottom of page