Copy, cut and paste disabled


top of page
Writer's pictureCegah Stunting

Sleep Training: Memenuhi Kebutuhan Tidur Anak Agar Tumbuh Kembang Optimal


Tidur bagi Anak: ProduksTidur bagi Anaki Hormon Pertumbuhan 3x lebih banyak selama tidur. Kurang tidur menyebabkan produksi kortisol, yang menghambat tumbuh kembang sel otak

Sama halnya dengan pemenuhan gizi, aktivitas tidur juga penting untuk dipenuhi karena berkontribusi dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Kekurangan tidur dapat meningkatkan kadar hormon stres kortisol yang berdampak pada sel-sel otak untuk belajar dan mengingat. Selain itu sel-sel otak baru dapat gagal berkembang atau dapat juga tumbuh secara abnormal (Gayatri, 2020). Ketika anak tidur, pertumbuhan otak mencapai puncaknya begitu pula dengan otot, kulit, sistem jantung, pembuluh darah, metabolisme tubuh, dan tulang mengalami pertumbuhan pesat. Hal itu disebabkan tubuh anak-anak memproduksi hormon pertumbuhan tiga kali lebih banyak dibandingkan ketika dia terbangun. Salah satu hormon yang penting untuk pertumbuhan adalah Growth Hormon (GH) (Simanjutak et al., 2018)


Berkaitan dengan optimalisasi hormon pertumbuhan, pola tidur anak yang buruk juga berkaitan dengan kejadian stunting. Menurut Damayanti (2018), anak yang tidur terlalu malam akan berisiko mengalami stunting, karena ada hambatan dalam memproduksi hormon pertumbuhan yang berperan dalam pertambahan tinggi badan. Anak yang kekurangan zat gizi protein ditambah dengan tidur larut malam maka akan ada kecenderungan terhambat pertumbuhannya.


Apa yang menyebabkan gangguan tidur pada anak?


a. Terbiasa ditemani tidur

Anak tergantung pada kehadiran orang lain, misal ditemani orang tua agar dapat tidur. Jika orang tersebut tidak ada di sekitar anak di waktu tidur, maka anak akan menolak tidur atau menangis dan marah (tantrum)

b. Tidak ada aktivitas tidur yang rutin

Bayi dibawah usia 5 tahun dan anak prasekolah membutuhkan tidur selama 11-14 jam per hari, termasuk tidur malam dan siang hari. Penting untuk membiasakan rutinitas pada anak, untuk tidur, bangun, makan, dan bermain agar seimbang sesuai kebutuhan

c. Terlambat Tidur

Beberapa anak bisa mengalami keterlambatan tidur karena asyik bermain ataupun mengakses gawai. Sinar yang muncul pada layer gawai akan membuat fisik anak selalu waspada, menghambat munculnya kantuk.


Atasi gangguan tidur anak dengan sleep training

Sleep Training: 1. Melatih anak tidur  tanpa dampingan mulai usia 4 bulan, 2. Melatih anak tidur  tanpa dampingan mulai usia 4 bulan, Anak mandiri,  orang tua dapat  beristirahat

Sleep training adalah metode untuk melatih bayi agar dapat tidur tanpa bantuan atau tanpa didampingi orang tua baik saat bayi memulai tidur maupun saat bayi terbangun ditengah malam. Tujuan dari sleep training adalah membantu anak belajar tidur secara mandiri, tidur lebih lama tanpa terbangun secara teratur, dan membantu orangtua mendapatkan istirahat yang lebih baik. Menurut Dr Schwartz, sleep training dapat diterapkan ketika bayi berusia sekitar empat bulan. Pada usia ini, bayi biasanya sudah mampu untuk belajar menenangkan diri, dan memiliki intensitas yang kurang untuk menyusu di malam hari. Selain itu, sekitar usia empat bulan, siklus tidur bayi mulai matang dan ritme sirkadiannya (siklus hormonal yang mengatur siklus tidur-bangun) mulai berlaku (Healthessentials, 2021).


Secara umum terdapat lima Teknik dalam sleep training, yaitu:

Sudah Tahu Berbagai Metode Sleep Training?

Rutinitas sebelum Tidur: Awali metode yang dipilih dengan rutinitas seperti berpelukan dan  memberikan ciuman selamat malam

1. Metode Menangis

Dengan metode “Cry It Out” ini, orang tua mengajak bayinya menjalani rutinitas sebelum tidur, berpelukan dan memberikan ciuman selamat malam, lalu meninggalkannya di kamar. Jika bayi menangis, orang tuanya tidak merespon. Akhirnya, bayi menjadi lelah karena menangis atau kembali menenangkan diri hingga tertidur.


Metode ini sudah terkenal, dan mengatakan bahwa metode ini berhasil dan cepat. Namun, banyak orang tua yang merasa tidak nyaman membiarkan bayinya menangis dan tidak menghiburnya. Mereka khawatir hal itu akan meningkatkan tingkat stres bayi menimbulkan trauma, dan membuat anak berpikir bahwa mereka tidak bisa mengandalkan orang tua untuk mendampinginya. Juga sangat sulit bagi banyak orang tua untuk mendengar bayi mereka menangis dan tidak dapat membantu mereka.


Metode Menangis

2. Metode Ferber

Mirip dengan “Cry It Out”, namun lebih bertahap. Dengan metode ini, orang tua mengikuti rutinitas yang sama, yaitu mengajak bayinya melakukan aktivitas sebelum tidur, memeluknya dan menciumnya selamat malam, lalu meninggalkan kamar dan menutup pintu. Selama beberapa malam pertama, orang tua segera kembali setiap kali bayinya menangis, menepuk-nepuknya dan memastikan mereka tenang sebelum meninggalkan kamar lagi. Setelah beberapa malam, orang tua secara bertahap meningkatkan jumlah waktu mereka membiarkan bayi menangis sebelum masuk kembali ke kamar, yang pada akhirnya mencapai titik di mana bayi bisa menenangkan diri. Metode ini menarik bagi orang tua yang merasa tidak nyaman dengan metode “Cry It Out”. Penelitian terhadap metode Ferber tidak menemukan bukti adanya efek negatif jangka panjang terhadap emosi, stres, perilaku, atau keterikatan anak dengan orang tuanya.

metode ferber

3. Metode Cek dan Konsol (Check and Console Method)

Variasi dari metode Ferber, metode Check and Console mendorong orang tua untuk memeriksa bayinya dan menghiburnya bahkan sebelum mereka mulai menangis. Misalnya, pada beberapa malam pertama, orang tua mungkin meninggalkan kamar dan masuk satu atau dua menit kemudian untuk memberi tahu bahwa orang tua menyayanginya atau memberikan tepukan lembut. Orang tua tetap meninggalkan kamar dan memeriksa kembali, secara bertahap meningkatkan intervalnya menjadi sekitar 15 menit hingga mereka tertidur. Cara ini bisa memakan waktu lebih lama – hingga seminggu – dan memerlukan lebih banyak keterlibatan orang tua.


Metode Cek & Konsol

4. Metode Memudar (Fading Method)

Metode Fading, juga dikenal sebagai “camping out”, mendorong orang tua untuk tetap berada di kamar anak mereka sampai mereka tertidur. Orang tua dapat melakukan ini dengan berdiri, atau dengan duduk di kursi di kamar anak mereka, cara ini sering disebut sebagai metode Kursi. Dengan rutinitas menjelang tidur seperti dua metode yang lain, setiap malam, orang tua secara bertahap menjauh dari anaknya sambil tetap terlihat. Prinsip utama adalah memberikan kenyamanan minimal kepada anak, baik secara verbal maupun fisik, dengan tetap menjaga jarak fisik. Metode ini biasanya memakan waktu lebih lama dibandingkan metode CIO atau Ferber — hingga dua minggu — namun memberikan ketenangan pikiran bagi sebagian orang tua karena mereka tidak merasa seperti menelantarkan anak mereka.


Baik metode Ferber maupun Fading terbukti mengalami peningkatan yang signifikan pada tidur bayi, tidur orang tua, dan kesehatan mental orang tua dalam waktu tiga bulan, dengan peningkatan berkelanjutan dua bulan kemudian.

Metode Memudar

5. Metode “Tanpa Air Mata” (“No Tears” Method)

Metode yang disebut juga dengan metode Gentle Sleep Training ini berfokus untuk membantu bayi belajar tidur sendiri tanpa menangis. Untuk mencapai hal ini, metode ini sangat bergantung pada rutinitas waktu tidur yang konsisten. Rutinitas ini harus mengikuti rangkaian aktivitas yang sama, dilakukan dengan urutan yang sama, sehingga bayi mulai mengenali aktivitas ini sebagai peralihan dari siang ke malam, Metode Pelatihan Tidur Lembut tidak menimbulkan stres emosional karena tidak melibatkan tangisan, namun membutuhkan waktu lebih lama untuk berhasil. Akibatnya, orang tua mungkin mengalami lebih banyak kurang tidur dengan metode pelatihan tidur ini (Suni, 2023).


Metode Tanpa Air Mata

Tips saat melakukan sleep training pada bayi atau balita


Apapun metode sleep training yang dilakukan oleh orang tua, tips berikut dapat dipertimbangkan agar orang tua tetap tenang dan konsisten sepanjang proses.

1. Biarkan bayi belajar menenangkan diri.

Dengan menidurkan bayi saat ia mengantuk, ia akan terbiasa tertidur dengan sendirinya. Ketika mereka terbangun di malam hari, mereka lebih siap untuk tertidur kembali tanpa bantuan orang tua karena mereka telah berlatih.

2. Pisahkan diri dari bayi

Bayi tidak harus memiliki kamar tidur sendiri untuk berlatih tidur, namun penting bagi orang tua untuk menemukan cara memisahkan diri sehingga bayi dapat belajar menenangkan diri.

3. Pertahankan waktu tidur yang konsisten.

Konsistensi sangat penting dalam sleep training. orang tua membuat jadwal baru untuk anak. Ciptakan konsistensi dengan mengatur waktu tidur dan menaatinya setiap malam.

4. Cara tidur yang “benar” adalah cara yang tepat untuk orang tua dan bayi.

Metode mana yang paling benar, tergantung pada proses yang terjadi pada orang tua dan bayi, tidak ada metode yang paling benar.

5. Mengetahui bahwa sleep training tidak mudah

Orang tua wajib memahami bahwa sleep training bukanlah proses yang mudah dan cepat. Pemahaman ini akan memberikan kesadaran pada orang tua untuk menikmati proses dan menurunkan harapani bahwa sleep training adalah hal yang mudah.

6. Sleep training adalah cara yang dapat orang tua gunakan seiring perubahan rutinitas anak

Saat anak-anak bertumbuh dan berkembang, mulai bersekolah, atau mengalami perubahan hidup lainnya, mereka mungkin memerlukan penyesuaian pada jadwal tidurnya (Suni, 2023).


Sleep Training


References

  1. Alza, Y., & Novita, L. (2021). Perbedaan Durasi Tidur dan Asupan Makan pada Anak Stunting dan Tidak Stunting Usia Sekolah. Jurnal Kesehatan, 12(1), 133–138.

  2. Balbina, W. M. A. (2021). INTENSITAS MENGGUNAKAN GADGET MEMPENGARUHI KUALITIAS TIDUR ANAK SEKOLAH. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan, 12(4).

  3. Estherlita, T. (2014). Mengatasi Susah Tidur. Lentera Bangsa.

  4. Gayatri, I. (2020). HUBUNGAN POLA TIDUR DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI . Politeknik Kesehatan Kendari.

  5. Healthessentials. (2021). When and How To Sleep Train Your Baby. Https://Health.Clevelandclinic.Org/When-and-How-to-Sleep-Train-Your-Baby/.

  6. Simanjutak, J. H. A., Herlina, & Bayhakki. (2018). Hubungan Kualitas Tidur Terhadap Terjadinya Wasting pada Anak Usia Sekolah. Jurnal Online Mahasiswa, 5.

  7. Sriasih, N. M. (2022). Gambaran Kualitas Tidur Pada Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Ubud I Tahun 2022. Poltekkes Kemenkes Denpasar.

  8. Suni, E. (2023). Sleep Training. Https://Www.Sleepfoundation.Org/Baby-Sleep/Sleep-Training.

  9. Tim Promkes RSST. (2022). Hormon Pertumbuhan. https://Yankes.Kemkes.Go.Id/View_artikel/595/Hormon-Pertumbuhan .

  10. Umayana, H. T., & Cahyati, W. H. (2015). DUKUNGAN KELUARGA DAN TOKOH MASYARAKAT TERHADAP KEAKTIFAN PENDUDUK KE POSBINDU PENYAKIT TIDAK MENULAR. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(1), 96. https://doi.org/10.15294/kemas.v11i1.3521


Penulis: Muhamad Abi Zakaria

Reviewer: Fitriana Herarti, M.Psi., Psikolog

Desainer: Maria Varani Setyadi





Comments


bottom of page