Copy, cut and paste disabled


top of page
Writer's pictureCegah Stunting

Kabar Terkini Vaksin Indonesia: Vaksin Demam Berdarah


Semua orang pasti pernah mendengar tentang demam berdarah dengue atau yang lebih familiar dengan akronimnya, DBD. Kamu pasti memiliki kenalan yang pernah terkena DBD dan memang seperti yang kita tahu bahwa DBD harus dikenali dengan cepat. Data dari Kementerian Kesehatan RI menyatakan pada tahun 2022, didapatkan sekitar 145 kematian dikarenakan DBD dan 13.776 kasus DBD hingga Februari 2022. Diawal tahun 2023, dinyatakan sudah ada 710 kasus baru DBD dengan 16.647 pasien yang suspek DBD. Angka kejadian DBD terus meningkat, terutama pada pandemi COVID yang tampaknya menjadikan pencegahan DBD seakan dilupakan.


Sudah banyak sekali usaha untuk mencegah DBD yang kita ketahui. Ambil salah satu contohnya yaitu 3M: menguras, menutup, dan mengubur. Langkah-langkah ini mudah sekali dilakukan di rumah kita masing-masing. Sekarang pun sudah ada tambahan “3M plus” yaitu menghindari gigitan nyamuk, tidur menggunakan kelambu, dan menyalakan obat nyamuk. Penjadwalan fogging juga kerap kali dilakukan oleh pejabat desa sebagai antisipasi menghadapi musim hujan. Namun, perlu diingat bahwa pencegahan yang paling efektif tetaplah dari lingkungan rumah sendiri. Melindungi orang yang kita kasihi dengan pola hidup yang bersih tetaplah menjadi kunci. Penyebaran penyakit demam berdarah ternyata berkaitan erat dengan semakin padatnya populasi di suatu tempat tinggal. Lalu, apakah 3M dan fogging saja cukup untuk menghalang orang tercinta kita terkena DBD?


Saat ini, pemerintah Indonesia sedang berusaha untuk membuat vaksin virus dengue sebagai langkah preventif. Dilansir dari Direktur Pencegahan Penyakit Menular Langsung, dr Imran, beliau mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan Republik Indonesia senantiasa berinovasi untuk penyakit demam dengue dengan terus mengembangkan vaksin. Vaksin DENGVAXIA sudah dikembangkan sejak 2016 untuk mencegah demam berdarah yang disebabkan oleh virus dengue serotipe 1,2, 3 dan 4 dengan target sasaran usia 6-45 tahun. Vaksin lainnya, yaitu QDENGA sudah mendapat izin edar oleh BPOM pada Agustus 2022 lalu dan sejak menunggu respon lebih lanjut dari institusi profesi, Indonesia Technical Advisory Group of Immunization atau ITAGI. Vaksin QDENGA dilansir memiliki data studi klinik fase 3 dan didukung data imunogenitas studi klinik fase 3 dan fase 2, efikasi vaksin Qdenga untuk pencegahan demam berdarah secara keseluruhan sebesar 80,2 persen, sementara efikasinya untuk mencegah hospitalisasi akibat virus Dengue sebesar 95,4 persen.


Vaksin dengue sampai saat ini telah melalui proses yang begitu panjang untuk dapat digunakkan ke masyarakat, hal tersebut pastinya demi menjaga keselamatan dan kesehatan masyarakat Indonesia. Vaksin tidak jarang menjadi langkah utama untuk aksi pencegahan banyak penyakit. Pada tahun ini sendiri, ada empat vaksin yang diusulkan masuk ke dalam program vaksinasi nasional. Vaksin tersebut yaitu vaksin Pneumokokus Konyugasi (PCV) untuk mencegah radang paru atau pneumonia, vaksin Human Papiloma Virus (HPV) untuk mencegah kanker leher rahim, vaksin Rotavirus (RV) untuk mencegah diare yang berat terutama pada anak-anak, dan vaksin Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV) dosis kedua untuk memperkuat perlindungan dari polio. Vaksin HPV, RV, dan IPV yang semula hanya digunakkan pada beberapa daerah akan mulai digunakkan dalam skala nasional. Hal tersebut sudah terbukti efikasinya dari hasil olah data pada beberapa daerah yang sebelumnya sudah menerapkan. Ambil contoh, imunisasi HPV yangsudah diberikan kepada siswi sekolah dasar kelas 5 dan 6 sejak tahun 2016 mencakup 20 kabupaten/kota di DKI Jakarta, DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Kemudian di tahun 2023, imunisasi HPV akan diperluas sebagai program nasional. Pemberiannya akan mengikuti program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) agar pemberiannya bisa masif dilaksanakan secara nasional.


Semakin maraknya program penggalakan langkah preventif penyakit, maka perlu digalakkannya juga pengertian masyarakat Indonesia akan pentingnya mencegah daripada mengobati. Maka dari itu, yuk semakin sehatkan masyarakat Indonesia dengan semakin memahami langkah terbaik yang dapat diberikan ke keluarga kita tercinta. Jaga diri, buah hati, dan keluarga tercinta kita!


Oleh:

Penulis: Priscilla Kusumawardhani (Aktivis Cegah Stunting)

Reviewer: dr. Dhiya Khoirunnisa



Comentarios


bottom of page