Copy, cut and paste disabled


Keberhasilan Menyusui bagi Ibu Bekerja
top of page

Keberhasilan Menyusui bagi Ibu Bekerja

Updated: Feb 14, 2023

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi yang tak tergantikan. ASI mengandung segala komponen gizi yang dibutuhkan bayi, dapat meningkatkan imunitas bayi sehingga bayi menjadi jarang sakit, dan dapat meningkatkan bonding antara ibu dan anak. Interaksi ibu-anak dan kandungan nilai gizi ASI ini dapat mendukung perkembangan sistem syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi, kemudian dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir menjadi lebih sempurna.


World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar bayi diberi ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, kemudian dilanjutkan dengan mengonsumsi makan makanan pendamping ASI yang aman dan memadai sambil terus menyusui hingga 2 tahun dan seterusnya. Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak ibu menyusui yang bekerja di sektor publik. Saat ini, ibu bekerja masih dianggap sebagai salah satu faktor penyebab tingginya angka kegagalan menyusui, terutama kegagalan pemberian ASI eksklusif. Jatah cuti pasca melahirkan yang rata-rata tidak mencapai 6 bulan sering dijadikan alasan ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif.


Faktanya, keberhasilan menyusui bukan hanya soal ibu, banyak faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan menyusui. Menurut Peraturan Menteri PPPA (2010), terdapat 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), yaitu :

  1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas.

  2. Melakukan pelatihan bagi petugas.

  3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang menyusui yang baik dan benar.

  4. Membantu ibu untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

  5. Membantu ibu cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.

  6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.

  7. Melaksanakan rawat gabung.

  8. Membantu ibu menyusui sesering mungkin dan semau bayi.

  9. Tidak memberikan dot atau empeng kepada bayi yang diberi ASI.

  10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut.

Selain 10 LMKM beberapa faktor lain yang mendukung suksesnya pemberian ASI, diantaranya adalah dukungan dari suami dan keluarga untuk pemenuhan gizi yang optimal serta menciptakan ketenangan, kenyamanan dan kasih sayang bagi ibu menyusui. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan produksi hormon oksitosin sehingga melancarkan produksi ASI. Khususnya bagi ibu bekerja, lingkungan kerja juga merupakan aspek penting dalam keberhasilan menyusui. Salah satu bentuk dukungan yang bisa diberikan tempat kerja adalah memberikan waktu dan menyediakan sarana Ruang Menyusui/ Ruang Laktasi/ Pojok ASI yang memenuhi standar kesehatan bagi ibu untuk menyusui atau memerah ASI selama waktu kerja di tempat kerja. Hal ini juga dapat berlangsung dengan baik dengan adanya dukungan kebijakan untuk penyediaan tempat menyusui di area publik dan tempat kerja serta memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para pekerja untuk menyusui.


Lalu, apa yang harus dilakukan Ibu bekerja agar tetap dapat memberikan ASI kepada Si Kecil?


Menurut IDAI (2013), pada masa nifas sampai 2 minggu menjelang ibu bekerja, ibu perlu mempersiapkan beberapa hal, diantaranya:

  1. Melakukan direct breastfeeding (DBF) / menyusui langsung dan hindari penggunaan empeng, botol susu dan minuman lain selain ASI.

  2. Mengkonsumsi cairan cukup, makanan yang bergizi dan hindari stres agar produksi ASI tidak terganggu.

  3. Relaksasi selama 20 menit setiap hari di luar waktu memerah ASI.

  4. Berlatih cara memerah ASI menggunakan tangan, pompa manual ataupun pompa elektrik kemudian perhatikan berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengosongkan payudara.

5. Menetapkan jadwal memerah ASI, biasanya setiap 3-4 jam.

6. ASI yang diperah dapat dibekukan untuk persediaan atau tambahan saat ibu mulai bekerja.

7. Berlatih memberikan ASI perah melalui cangkir, sendok, atau pipet pada jam kerja. ASI perah sebaiknya tidak diberikan dengan botol karena dapat mengakibatkan bingung puting.



8. Menentukan pengasuh anak selama ibu bekerja (anggota keluarga, baby sitter atau tempat penitipan anak) dan latih pengasuh agar dapat mempersiapkan ASI perah yang benar dan terampil menggunakan media cangkir, sendok atau pipet.


Saat sudah mulai bekerja, ibu dapat melakukan beberapa hal berikut:

  1. Hindari stress.

  2. Istirahat cukup, minum cukup serta mengonsumsi makanan bergizi

  3. Menyusui bayi secara langsung di pagi hari sebelum pergi ke tempat kerja dan pada saat pulang kerja

  4. Menyusui bayi lebih sering di sore/malam hari dan pada hari libur agar produksi ASI lebih lancar serta mempertahankan bonding.

  5. Mempersiapkan persediaan ASI perah di lemari es selama ibu bekerja.

  6. Memerah ASI setiap 3 jam selama ibu bekerja. Memerah ASI paling direkomendasikan menggunakan tangan karena dapat mengosongkan payudara dengan optimal. Memerah dengan tangan dapat memudahkan kita untuk meraba bagian payudara yang terasa belum kosong sekaligus memijat payudara agar ASI lebih lancar. Namun, pilihan ini dikembalikan lagi kepada masing-masing ibu. Kamu dapat menggunakan pompa ASI manual ataupun elektrik sebagai alternatif.

Ibu bekerja bukanlah hambatan dalam memberikan ASI eksklusif. Dengan dukungan positif dari berbagai pihak, pengetahuan yang memadai, dan persiapan yang baik, Ibu bekerja tetap bisa memberikan ASI kepada Si Kecil dan memberikan dampak yang besar bagi keberhasilan ibu menyusui. Berikut ini adalah tips memerah ASI di kantor untuk ibu bekerja, simak informasi di bawah ini ya!



Reference:

  1. IDAI. 2013. Sukses Menyusui Saat Bekerja. Available at: https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/sukses-menyusui-saat-bekerja-2

  2. Menteri PPPA. 2010. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2010 tentang Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Available at: https://jdih.kemenpppa.go.id/peraturan/Permenpppa032010.pdf


Created by:

Naura Delfi Meisara, S.T.P

Reviewed by:

dr. Adina Firza Raden - Sahabat Menyusui

Designed by:

dr. Dhiya Khoirunnisa



Recent Posts

See All
bottom of page