Copy, cut and paste disabled


top of page

Manfaat ASI yang Tidak Tergantikan

Updated: Aug 8, 2019

Salah satu pertanyaan yang banyak ditanyakan terkait pencegahan stunting dan gizi anak adalah “mengapa ASI sangat penting untuk mencegah stunting?” atau “apakah ASI dapat digantikan dengan sumber protein lainnya?”. Walaupun pola makan yang baik sudah pernah dibahas di artikel sebelumnya, sepertinya keingintahuan tentang manfaat ASI untuk pencegahan stunting masih besar. Yuk kita bahas bersama!



ASI sebagai sumber gizi utama anak usia 0-6 bulan


Perlu diingat bahwa salah satu kunci pencegahan stunting adalah pemberian air susu ibu (ASI). Untuk menghindarkan anak dari stunting, anak harus mendapat inisiasi menyusu dini (IMD) dalam 30 menit sampai 1 jam setelah kelahiran. Melalui IMD, bayi baru lahir akan mendapatkan kolustrum, yaitu ASI yang keluar pertama kali, berwarna agak kekuningan, yang kaya akan zat untuk menjaga kekebalan tubuh anak. Anak usia 0 sampai 6 bulan harus diberikan ASI saja atau yang disebut dengan ASI eksklusif. ASI merupakan makanan terbaik karena dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan sesuai dengan perkembangan sistem pencernaannya.


ASI mengandung banyak unsur penting yang tidak bisa digantikan oleh sumber protein lainnya. ASI mengandung HMO (human milk oligosaccharides) yang berfungsi menjaga kekebalan tubuh bayi. HMO adalah ‘pengecoh’ bakteri jahat yang masuk ke tubuh bayi sehingga bakteri tersebut tidak menyerang tubuh bayi. Kandungan HMO pada ASI membuat ASI dianggap sebagai obat. ASI juga mengandung zat HAMLET yang merupakan zat anti kanker sehingga pemberian ASI akan menurunkan kemungkinan anak terkena penyakit degeneratif/penyakit kronis. Selain itu, ASI juga mengandung enzim yang tidak bisa digantikan oleh susu lainnya. Manfaat lain dari ASI, bahwa bayi yang mendapatkan ASI kemungkinan untuk mengalami alergi menjadi lebih kecil karena ASI menyeimbangkan zat THL+1 dan THL+2.


ASI melindungi saluran cerna anak


Bayi yang mendapatkan ASI akan lebih terlindung dari masalah saluran cerna, seperti diare. Hal ini disebabkan kandungan kolustrum dan zat immunoglobin pada ASI yang menambah kekebalan tubuh bayi. Sel usus bayi baru lahir masih renggang, ASI dapat dicerna oleh bayi tanpa merusak sel usus bayi. Biasanya, susu pengganti ASI akan membuat bayi diare karena sel usus bayi yang masih renggang tersebut tidak dapat mencerna.


Susu selain ASI tidak dapat menggantikan manfaat ASI


Susu selain ASI banyak macamnya, dipasarkan dengan berbagai tawaran manfaat untuk menarik minat orangtua. Faktanya, zat-zat manfaat yang ditawarkan, tidak secara alami terkandung dalamnya. Zat-zat manfaat dalam susu selain ASI merupakan hasil rekayasa ilmiah yang bertujuan agar susu tersebut menjadi semirip mungkin dengan ASI. Sayangnya, zat-zat manfaat buatan tersebut tidak sepenuhnya memberi manfaat pada anak.


Kandungan DHA untuk mengoptimalkan kecerdasan anak yang ditawarkan oleh susu selain ASI berasal dari modifikasi ganggang sehingga manfaatnya tidak seoptimal DHA yang secara alami terkandung dalam ASI. Susu selain ASI merupakan penyebab terbesar alergi pada bayi, tidak mengandung enzim dan antibodi untuk memperkuat kekebalan tubuh bayi, serta tidak mengandung probiotik alami sehingga tidak dapat menumbuhkan bakteri baik pada tubuh bayi.



Manfaat lebih dari kegiatan menyusui


Manfaat ASI pada anak bukan hanya berasal dari manfaat biologis, yaitu zat-zat yang terkandung pada ASI. ASI juga memiliki manfaat psikologis karena menyusui melibatkan sentuhan dan interaksi ibu dan anak sehingga menyalurkan hormon kasih sayang antara keduanya. Salah satu faktor penting pola asuh untuk mencegah stunting adalah memberikan kasih sayang pada anak. Hormon kasih sayang pada anak terbukti membuat anak lebih cerdas.



Jadi, perlu diingat bahwa susu selain ASI tidak dapat menggantikan manfaat ASI dan tidak menambah manfaat ASI. Susu selain ASI pun tidak berfungsi sebagai pelengkap untuk mencegah stunting karena ASI sudah mengandung kandungan gizi yang paling lengkap. Karena pencegahan stunting pun dilakukan pada 2 tahun pertama kehidupan anak, pemberian ASI harus dilanjutkan hingga anak berusia minimal 2 tahun disertai makanan pendamping ASI. Yuk kita mulai lakukan cara-cara cegah stunting!



*Konten pada artikel ini adalah kerjasama antara Tim Penulis dengan Sentra Laktasi Indonesia (SELASI)

コメント


bottom of page