Copy, cut and paste disabled


Pendidikan Anak Usia Dini Penting untuk Cegah Stunting
top of page

Pendidikan Anak Usia Dini Penting untuk Cegah Stunting

Pendidikan anak usia dini yang lebih dikenal sebagai PAUD, seringkali dipahami terbatas sebagai sebuah jenjang pendidikan sebelum masuk sekolah dasar (SD). Padahal, makna PAUD jauh lebih luas dan strategis daripada itu. PAUD adalah sebuah proses pengembangan dan pembinaan anak usia 0 hingga 6 tahun, yaitu periode emas perkembangan anak untuk stimulasi moral, kognisi, bahasa, fisik motorik, sosial emosional, dan seni.



Berdasarkan konsep sebagai sebuah proses pengembangan dan pembinaan, PAUD seharusnya tidak hanya terjadi pada layanan pendidikan. Bisa dilakukan dimana saja, terutama di rumah dan lingkungan terdekat anak. Bisa dilakukan kapan saja, tidak dibatasi oleh waktu pertemuan murid dan guru dalam layanan pendidikan. Bisa dilakukan oleh orang tua ataupun pengasuh utama anak, bukan hanya oleh guru/tutor.


Penting menjadi refleksi bersama bahwa 24 jam waktu anak usia dini (AUD) per hari, tidak dihabiskan di layanan PAUD. Layanan PAUD hanya mengambil 2-3 jam waktu anak per hari dari senin - jumat. Waktu lainnya dihabiskan anak usia 0 hingga 6 tahun di rumah dan lingkungan terdekatnya, bersama orang tua dan pengasuh lainnya. Jadi sangatlah merugi ketika periode emas AUD untuk berkembang, hanya distimulasi oleh layanan PAUD. Walaupun begitu, tetaplah penting untuk AUD mengakses layanan PAUD. Anak harus mengakses layanan PAUD minimal satu tahun sebelum masuk SD. Untuk mempersiapkan dan membiasakan anak pada berbagai rutinitas kegiatan sekolah, misal terkait waktu belajar, materi pembelajaran, lingkungan belajar, disiplin di dalam ruang belajar, serta mengembangkan interaksi sosial anak dengan anak lain dan anak dengan guru.


Pentingnya pendidikan usia dini didasarkan pada berbagai studi mengenai perkembangan otak anak, mengacu pada penjelasan dari modul pengasuhan responsif, dari ChildFund International di Indonesia, sesi perkembangan otak anak, dibawah ini:



Keterangan gambar:

  • Kelahiran: Pada saat lahir, sel saraf masih berdiri masing-masing dan hampir tidak terhubung

  • 6 tahun: setelah lahir, anak mulai belajar dan mulai melakukan banyak kegiatan yang saling terkait, sehingga jaringan saraf mulai terjalin. Makin banyak stimulasi, makin banyak jalinan yang terbentuk. Jalinan inilah yang menyebabkan terekamnya pengetahuan, pemahaman dan keterampilan baru pada anak.

  • 14 tahun: Seiring dengan pertambahan usia, terjadi pemangkasan jaringan saraf yang tidak digunakan atau tidak terstimulasi, prosesnya disebut sebagai pemangkasan atau pruning.

Pada saat lahir, otak bayi hanya memiliki 25 % dari volume otak orang dewasa. Pada masa usia dini, perkembangan otak sangat pesat sehingga kekurangan stimulasi dan gizi pada masa ini akan mempengaruhi kualitas perkembangan otak di masa selanjutnya. Selama 1000 hari pertama kehidupannya (sejak janin bernyawa di masa kehamilan), 700 jaringan saraf (sinaps) terbentuk dalam setiap detik. Setelah masa ini, jaringan saraf yang telah terbentuk akan berkurang melalui proses pemangkasan (atau disebut pruning) karena tidak digunakan atau kurangnya stimulasi perkembangan.


Pengalaman masa awal yang akan menentukan bagian yang tetap digunakan maupun yang akan mengalami pemangkasan. Pemberian gizi dan stimulasi yang tepat selama masa usia dini akan memberikan kontribusi pada pertumbuhan jaringan syaraf dan berpengaruh pada perkembangan otak yang optimal sehingga anak lebih mampu melewati tahapan-tahapan perkembangan selanjutnya. Selain itu, perkembangan otak yang optimal akan memastikan anak-anak tidak mengalami stunting.


Dalam sebuah dokumen yang diterbitkan oleh Bappenas, disimpulkan bahwa pendidikan dan latar belakang sosial keluarga berdampak besar pada penghasilan anak di masa depan. Tidak hanya pendidikan formal, seperti SD hingga tingkat yang lebih tinggi, tapi PAUD juga memiliki efek yang esensial terhadap pendapatan individu. Artinya, agar anak mendapatkan penghasilan tinggi di masa depan, orang tua harus memberikan pengasuhan sejak usia dini, memasukan anaknya ke layanan PAUD, dan meningkatkan tingkat pendidikan mereka.

Nurturing care framework (NCF) yang dikeluarkan oleh WHO di 2018 (NCF adalah suatu kerangka kerja dalam membantu anak-anak bertahan dan berkembang untuk bertransformasi di aspek kesehatan dan potensi sebagai manusia utuh) merekomendasikan lima cara aspek pendidikan berkontribusi pada NCF, yaitu:



1. Memperkuat fakta bahwa pendidikan dimulai sejak lahir.

Belajar tidak sama dengan sekolah. Belajar tidak perlu menunggu anak masuk ruang kelas. Belajar dimulai dari rumah. Saat-saat awal ini memberikan dasar untuk pembelajaran seumur hidup, yang mendukung perkembangan kognitif, fisik, sosial dan emosional anak-anak. Peluang untuk belajar sejak dini paling baik disediakan dalam suasana yang mempromosikan rasa ingin tahu, motivasi, konsep diri yang kuat, pengaturan diri, apresiasi bahasa, dan budaya di rumah.


2. Memastikan praktik-praktik kesehatan yang baik, perilaku hidup bersih, dan gizi pada AUD

Baik di rumah maupun di layanan PAUD, digunakan sebagai media untuk mendidik anak pada pembentukan perilaku hidup bersih dan sehat serta mengkonsumsi makanan bergizi seimbang.


3. Menempatkan keterlibatan keluarga dalam sebagai inti dari perkembangan AUD

Fokus tradisional pendidikan hanya pada anak, namun semakin banyak bukti menunjukkan pentingnya keterlibatan keluarga dalam pendidikan anak. Keterlibatan keluarga akan mendorong rasa berdaya dan inklusif sehingga tumbuh kepercayaan diri keluarga mengenai peran penting mereka dalam perkembangan anak yang konsisten.


4. Menjangkau anak-anak yang rentan dan memiliki kebutuhan tambahan

Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan sehingga peran keluarga dan layanan pendidikan menjadi sangat penting untuk memastikan terpenuhinya hak tersebut pada semua anak.


5. Berinvestasi pada pendidikan untuk remaja dan dewasa

Investasi ini dikaitkan dengan lebih baik perkembangan anak usia dini dengan memastikan sebanyak banyaknya tema perkembangan anak usia dini pada kurikulum pendidikan, karena mereka akan menjadi ibu dan ayah. Mengintegrasikan tema – tema perawatan AUD ke dalam kurikulum sekolah menengah dapat mempersiapkan pengasuh masa depan untuk mendukung perkembangan anak berdasarkan tahapan usia mereka.


Dengan semangat memperingati Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2021, sepatutnya kita merefleksikan pernyataan Ki Hajar Dewantara bahwa “pendidikan haruslah memerdekakan manusia”. Merdeka belajar akan mendorong suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai tertentu. Khususnya untuk AUD, merdeka belajar berarti bermain, karena bagi AUD bermain adalah belajar. Merangkum definisi bermain dari banyak ahli, bermain merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh anak yang sifatnya menyenangkan, yang berfungsi untuk membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional. Jadi, mari SERENTAK BERGERAK, WUJUDKAN MERDEKA BELAJAR.


“Jika kita mengubah awal dari sebuah cerita, kita mengubah keseluruhan cerita”

Christakis D. Media and children, 2011


Reference:

  1. Ade Marsinta Arsani, “Are Early Childhood Education and Family Background Really Important for Children’s Future? Evidence from Indonesia” - The Indonesian Journal of Development Planning, Volume IV No. 1 – April 2020

  2. Modul Pengasuhan Responsif, seri 2 “Pengetahuan dan Keterampilan Pengasuhan Responsif”, ChildFund International di Indonesia (sesi 6: Perkembangan otak anak), 2020.

  3. Nurturing care for early childhood development – a framework for helping children survive, and thrive to transform health and human potential, WHO 2018


Catatan:

ChildFund International adalah organisasi internasional yang berfokus pada perlindungan dan perkembangan anak. Ada di Indonesia sejak 1973 untuk membantu anak-anak yang terabaikan, terkucilkan, dan rentan menyadari hak-hak mereka dan mampu mencapai potensi optimal mereka.


Created by:

Fitriana Herarti, M.Psi., Psikolog – Spesialis Perkembangan Anak ChildFund International

Reviewed by:

DR. dr. Brian Sri Prahastuti, MPH - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden

Designed by:

Rekianarsyi Arrasyidipa Narayaprawira Wiranto Putra

bottom of page