Copy, cut and paste disabled


Sinergitas Pengasuhan Orang tua dan Kakek-Nenek dalam Pencegahan Stunting
top of page

Sinergitas Pengasuhan Orang tua dan Kakek-Nenek dalam Pencegahan Stunting

Updated: Jun 2, 2021



Orang tua memiliki peran pengasuhan yang pertama dan utama. Namun dalam kondisi tertentu atau khususnya dalam konteks masyarakat Indonesia, kakek dan nenek juga seringkali turut terlibat dalam pengasuhan anak. Bahkan di beberapa situasi, kakek nenek memegang peran utama dalam menjalankan fungsi pengasuhan dalam keluarga. Pola pengasuhan kakek-nenek (grandparenting) dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai pemegang kearifan/kebijakan keluarga, peran formal, mendukung untuk mengisi waktu luang anak/cucu, serta pengambil alih peran orang tua (2020). Idealnya, orang tua dan kakek nenek menjadi tim kerja yang solid untuk mampu memberikan pengasuhan terbaik. Di sisi yang lain, dalam banyak situasi terdapat perbedaan pola/cara pengasuhan orang tua dan kakek nenek yang berujung pada konflik yang tiada berkesudahan.



Perbedaan dan konflik pengasuhan tersebut pada akhirnya bisa berdampak pada tidak optimalnya tumbuh kembang anak, khususnya dalam kelompok anak usia dini. Dalam konteks pencegahan stunting, 3 komponen utama pencegahan adalah pola makan, pola asuh, dan akses sanitasi untuk mendukung perilaku hidup bersih dan sehat. Misal di aspek pola makan, orang tua menerapkan asi eksklusif dan gizi seimbang, sedangkan kakek nenek memberikan lumatan pisang atau madu, dengan alasan agar bayi kenyang. Atau memaksakan pemberian susu formula dengan dalih pemenuhan aspek empat sehat lima sempurna. Di aspek pengasuhan misal, saat orang tua menerapkan disiplin positif, kakek nenek tidak setuju dengan alasan, masih anak-anak, belum perlu disiplin. Di aspek sanitasi atau perilaku hidup bersih dan sehat, misal saat anak usia dini mengalami demam tinggi, orang tua mempraktikkan anak dikompres dengan air hangat untuk membantu menurunkan demam, sedangkan kakek nenek menganjurkan menggunakan air dingin.


Sebagai pemegang kearifan keluarga, kakek-nenek berperan sebagai puncak otoritas. Kakek-nenek bahkan dapat mengatur anak-anaknya yang sudah dewasa dan menjadi orang tua. Oleh karena itu, penting bagi kakek nenek untuk tetap meningkatkan pengetahuan tentang pengasuhan sebagai sebuah ilmu yang terus berkembang. Apa yang dulu dianggap sebagai pengasuhan yang benar, dengan berbagai studi di masa sekarang, bisa saja menjadi pengasuhan yang tidak tepat.


Dalam peran memberikan pengasuhan formal, sebaiknya kakek-nenek tetap membatasi perannya, karena orang tua tetaplah sebagai pemeran utama. Kesadaran ini akan meminimalisasi terjadinya konflik perbedaan cara pengasuhan. Kakek-nenek sebaiknya menjadi simbol kebijaksanaan, memberikan nasehat dan saran saat dibutuhkan. Mendukung penggunaan waktu luang, kakek nenek dapat memberikan berbagai stimulasi perkembangan pada anak usia dini, misal mendongeng untuk mengembangkan aspek baahasa dan kognitif anak, atau permainan fisik yang dapat mengembangkan aspek motorik halus dan motorik kasar pada anak.


Kakek-nenek yang menggantikan peran orang tua biasanya memiliki jadwal rutin untuk mengurus cucu, misal saat kedua orang tua dari pagi hingga sore harus bekerja, sehingga peran pengasuhan sepenuhnya pada kakek nenek. Pada situasi ini, sangatlah penting untuk mendiskusikan terlebih dahulu peran dari masing-masing pihak untuk tetap memastikan tumbuh kembang optimal anak.


Orang tua dan kakek nenek harus bersinergi dengan baik dalam tim kerja, karena anak membutuhkan konsistensi dan keselarasan pengasuhan, baik yang diberikan orang tua maupun kakek nenek. Mengacu pada modul pengasuhan responsif dari ChildFund International (2020), beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan baik bagi orang tua maupun kakek nenek dalam menjalankan peran pengasuhan adalah sbb:

  1. Orang tua

  • Diskusi dan sepakati bagaimana kakek nenek terlibat dalam pengasuhan cucu mereka

  • Terbuka untuk menerima saran/nasehat kakek nenek, jika pun memutuskan untuk tidak menggunakan saran mereka, pastikan untuk menyampaikan alasannya

  • Manfaat keterlibatan kakek nenek dalam pengasuhan akan melatih anak untuk memahami dunia yang lebih besar, tidak hanya interaksi dengan orang tua

  • Jika melihat ada perbedaan cara pengasuhan, bicarakan dengan kakek nenek dalam situasi khusus dan tenang, tidak menegur kakek nenek di depan anak

  • Peka terhadap kesehatan dan berkurangnya tenaga kakek nenek dalam pengasuhan

  • Hargai kebutuhan kakek nenek yang berhak memiliki ‘kehidupannya’ sendiri, misal tidak ingin selalu direcoki oleh peran-peran pengasuhan seumur hidup mereka

  1. Kakek Nenek

  • Terus mengembangkan diri dan terbuka terhadap berbagai pengetahuan pengasuhan terbaru.

  • Hindari perselisihan atau menegur orang tua di hadapan cucu atau membela cucu dari konflik dengan orang tua

  • Sepakati dengan orang tua peran pengasuhan yang dilakukan oleh kakek nenek

  • Tunjukkan cinta dan menghargai kepada orang tua terutama di hadapan cucu

  • Kelapangan hati saat orang tua tidak menggunakan saran atau nasehat yang diberikan kakek nenek, terima alasan yang diberikan.


Dalam semangat memperingati hari lanjut usia (lansia) 2021, mari kita jadikan sebagai momentum sinergitas yang kuat antara orang tua dan kakek nenek dalam memastikan praktik-praktik pengasuhan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak-anak Indonesia.

Reference:

  • Alimoeso, Soedibyo. 2021. Grand Parenting. Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. https://golantang.bkkbn.go.id/materi_golantang/2/download, diakses 8 Mei 2021.

  • Birch, Leann, dkk. 2009. Influences on the Development of Children's Eating Behaviours: From Infancy to Adolescence. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2678872/, diakses 9 Mei 2021.

  • Forestell dan Menella. 2008. Early Determinants of Fruit and Vegetable Acceptance. Philadelphia: United States National Institutes of Health. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2268898/, diakses 9 Mei 2021.

  • Issanchou, Sylvie. 2017. Determining Factors and Critical Periods in the Formation of Eating Habits: Results from the Habeat Project. Karger. https://www.karger.com/Article/FullText/471514, diakses 9 Mei 2021.

  • Purwanti dan Nurfita, 2019. Review Literatur: Analisis Determinan Sosio Demografi Kejadian Stunting Pada Balita di Berbagai Negara Berkembang. https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/bpk/article/view/1349, diakses 12 Mei 2021.

  • Sonia dan Apsari. 2020. Pola Asuh yang Berbeda-Beda dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Kepribadian Anak. Bandung: Universitas Padjadjaran. http://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/download/27453/pdf, diakses 9 Mei 2021.

  • Zakaria, Muhammad. 2019. Pengalihan Peran Sementara Pengasuhan Anak dari Orang Tua ke Nenek dan Kakek. http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1689308&val=18393&title=PENGALIHAN%20PERAN%20SEMENTARA%20PENGASUHAN%20ANAK%20DARI%20ORANG%20TUA%20KE%20NENEK%20DAN%20KAKEK, diakses 8 Mei 2021.

  • 2018. Pengasuhan Kakek Nenek. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. https://archive.org/details/BukuPengasuhanKakekNenek/page/n117/mode/2up, diakses 8 Mei 2021.

  • 2019. Exclusive Breastfeeding for Optimal Growth, Development and Health of Infants. World Health Organization. https://www.who.int/elena/titles/exclusive_breastfeeding/en/, diakses 9 Mei 2021.

  • 2020. Kakek Nenek Sahabat Kami, Harmoni Tiga Generasi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. ISBN 978-602-6964-51-9. https://anggunpaud.kemdikbud.go.id/images/upload/images/30_buku_orang_tua/12_Harmoni_Tiga_Generasi.pdf, diakses 7 Mei 2021.

  • Modul Pengasuhan Responsif, seri 2 “Pengetahuan dan Keterampilan Pengasuhan Responsif”, ChildFund International di Indonesia, 2020

Created by:

Maria Varani Setyadi - Ambassador of Public Health for District 3 AMSA-Indonesia 2020/2021

Reviewed by:

Fitriana Herarti, M.Psi., Psikolog – Spesialis Perkembangan Anak ChildFund International

Designed by:

Rekianarsyi Arrasyidipa Narayaprawira Wiranto Putra

bottom of page