Copy, cut and paste disabled


Kupas Tuntas tentang Wasting pada Balita
top of page

Kupas Tuntas tentang Wasting pada Balita

Updated: Sep 26, 2023



Kekurangan Gizi


Bentuk kekurangan gizi ada beberapa macam: underweight, wasting, stunting, serta kekurangan mikronutrien (World Health Organization 2021). Saat seorang anak mengalami kekurangan gizi, fungsi normal tubuh akan terhambat, terjadi penurunan berat badan, hingga terjadi penghambatan pertumbuhan secara berturut-turut (Morley 2021). Kekurangan gizi dapat diakibatkan asupan yang inadekuat, penyerapan yang tidak maksimal, kehilangan zat gizi, ataupun kebutuhan tubuh yang meningkat (Morley 2021) .


Indonesia masih menjadi negara kedua dengan kasus wasting tertinggi di dunia (United Nations 2022). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, pemerintah menargetkan penurunan angka stunting menjadi 14% dan angka wasting menjadi 7% (Republik Indonesia 2020). Menurut SSGBI 2022, prevalensi wasting sebesar 7.1% di tahun 2021 naik menjadi 7.7% di tahun 2022. Meski prevalensi stunting turun sebanyak 2.8% dari tahun 2021 ke 2022 menjadi 21.6%, prevalensinya dapat meningkat kembali mengingat peningkatan angka wasting (Liza Munira 2023). Anak yang awalnya underweight, dapat menjadi wasting ataupun stunting apabila tidak mendapatkan intervensi yang adekuat.





Wasting


Wasting mengindikasikan penurunan berat badan parah yang baru terjadi atau bersifat akut. WHO mendefinisikan wasting (gizi kurang) sebagai kondisi berat badan anak yang kurang dibanding tinggi badannya yang dinilai dengan jatuhnya titik pada ≤ -2 Standard Deviasi (SD) kurva WHO. Balita usia 6-59 bulan dengan wasting memiliki lingkar lengan atas (LiLA) kurang dari 12,5 cm sampai dengan 11,5 cm. Anak dengan severe wasting (gizi buruk) memiliki titik BB/TB pada ≤ -3 SD kurva WHO. Balita usia 6-59 bulan dengan wasting LiLA kurang dari 11,5 cm (Kementerian Kesehatan RI 2020).

Secara klinis, anak dengan wasting dapat menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor, ataupun gabungan keduanya. Anak dengan kwashiorkor biasanya ditandai oleh edema, yaitu pembengkakan akibat penumpukan cairan pada jaringan tubuh. Edema dapat diperiksa pada punggung kaki dan punggung tangan anak. Selain edema, anak dengan kwashiorkor memiliki rambut dan kulit yang rapuh. Anak dengan marasmus akan terlihat sangat kurus hingga perutnya cekung, kulit keriput, dan memiliki wajah yang terlihat tua (Kementerian Kesehatan RI 2020).

Wasting bukan sekedar kurus! Wasting dapat menyebabkan komplikasi medis seperti penurunan nafsu makan, dehidrasi, demam tinggi, anemia, sepsis, penurunan kesadaran, dan kematian. UNICEF menyatakan bahwa 1 dari 5 kematian balita disebabkan oleh wasting (UNICEF 2022). Pada keadaan normal, zat gizi digunakan anak sebagai sumber energi dan bahan tumbuh kembang. Saat asupan gizi tidak mencukupi, kekebalan tubuh anak menurun menyebabkan anak lebih rentan terkena penyakit. Saat sakit, dapat terjadi kehilangan dan penurunan penyerapan zat gizi. Padahal, terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi untuk melawan penyakit dan mengejar tumbuh kembang normal. Hal ini menjebak anak dalam “lingkaran setan malnutrisi dan penyakit” (the vicious cycle of malnutrition) yang terus menghantui kualitas hidupnya (Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health 2022).




Deteksi dan Penanganan Wasting


Identifikasi dan manajemen awal wasting memegang 80% keberhasilan intervensi. Kecenderungan anak untuk wasting dapat dikenali melalui pemeriksaan dan pencatatan rutin Kartu Menuju Sehat (KMS) Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di posyandu setiap bulannya (Kementerian Kesehatan RI 2020).

Anak yang terlanjur wasting harus mendapatkan pelayanan kesehatan sambil diberikan ASI sampai berusia 2 tahun. Pelayanan kesehatan bertujuan untuk mengatasi kekurangan zat gizi, mengembalikan keseimbangan elektrolit, mengobati adanya infeksi, mengejar tumbuh kejar, dan mempersiapkan anak untuk ditindaklanjuti di rumah.


Anak dengan gizi kurang tanpa komplikasi dapat dirawat jalan sambil diberikan Makanan Terapi Siap Pakai yang padat gizi atau Ready to Use Therapeutic Foods (RUTF) (World Health Organization 2019).


Sementara anak dengan gizi buruk, adanya komplikasi dan penyakit penyerta, BB <4kg, dan usia <6 bulan harus dirawat inap. Di fasilitas rawat inap, anak akan distabilisasikan tanda vitalnya (denyut nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh) sebelum masuk ke masa transisi ke fase rehabilitasi dan akhirnya diberikan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P). Anak ditunjang gizinya untuk tumbuh kejar dengan pemberian susu terapeutik (F-75 dan F-100). Susu terapeutik ini memiliki kandungan 75 dan 100 kkal (kilokalori) setiap 100 mlnya (World Health Organization 2019).


Anak dengan wasting memerlukan sekitar 25 kcal/kg per hari lebih banyak dari teman sebayanya (Dipasquale et al. 2020). Terapi menggunakan makanan RUTF ataupun susu F-75 dan F-100 biasanya berlangsung selama 2-4 minggu. Penilaian keberhasilan terapi wasting dinilai dari kenaikan berat badan dan adanya tumbuh kejar ke garis normal dalam pemetaan kurva WHO.


Wasting merupakan bentuk malnutrisi yang paling mudah dikenali dan reversibel. Optimalisasi gizi anak yang diperkuat dengan pola asuh dan sanitasi yang baik penting untuk mencegah dan menangani wasting maupun stunting. Lindungi anak-anak sobat penting untuk kualitas hidup yang lebih baik!





Penulis: Maria Varani Setyadi

Reviewer: dr. Agustina, Sp.A., M.Kes

Designer: Fenindra Anggi Alifta

Referensi

  1. Dipasquale, V. et al. 2020. Acute Malnutrition in Children: Pathophysiology, Clinical Effects and Treatment. Nutrients 12(8), pp. 1–9. doi: 10.3390/nu12082413.

  2. Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health 2022. The vicious cycle of undernutrition and infectious disease_ How does it work and what role do vaccines play. The Value of Immunization Compendium of Evidence . Available at: https://immunizationevidence.org/featured_issues/undernutrition-and-infectious-disease/.

  3. Kementerian Kesehatan RI 2020. Buku Saku Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita di Layanan Rawat Jalan Bagi Tenaga Kesehatan. Available at: https://gizikia.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/tatalaksana-gibur.pdf.

  4. Liza Munira, S. 2023. Hasil Survei Status Gizi Indonesia 2022., pp. 77–77. Available at: https://promkes.kemkes.go.id/materi-hasil-survei-status-gizi-indonesia-ssgi-2022.

  5. Morley, J.E. 2021. Overview of Undernutrition. MSD Manual Professional Version , pp. 1–6. Available at: https://www.msdmanuals.com/professional.

  6. Republik Indonesia 2020. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 18 Tahun 2020 Tentang Sistem Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Kemenkumham Indonesia , p. 2271.

  7. UNICEF 2022. Severe Wasting: an Overlooked Child Survival Emergency. Unicef – Child Alert (May), p. 20. Available at: https://www.unicef.org/media/120346/file/Wasting child alert.pdf.

  8. United Nations 2022. Severe Malnutrition or Wasting, ‘ Excruciatingly Painful’’ Threat to Child Survival’. (May). Available at: https://news.un.org/en/story/2022/05/1118402.

  9. World Health Organization 2019. Joint UN Communique: Simplified approaches for the treatment of child wasting. (March), pp. 26–28. Available at: https://www.who.int/nutrition/events/2019-consultation-simplified-treatment-childwasting-26to27march.pdf.

  10. World Health Organization 2021. Malnutrition. (June). Available at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malnutrition.


bottom of page